KEBUMEN(kebumenekspres.com)- Pemandangan menarik kini dijumpai di sejumlah areal persawahan di Kabupaten Kebumen. Ini setelah adanya kemunculan kawanan burung bangau atau biasa disebut warga dengan burung "kuntul".
Seperti terlihat di areal persawahan tak jauh dari Jalan Arumbinang. Ratusan bahkan ribuan burung bangau tampak bergerombol. Sesekali, mereka turun kesawah dan mencari makanan tak jauh dari seorang petani yang tengah membajak sawah. Pemandangan ini menjadi menarik, karena latar belakang pemandangan ini bukan lagi gunung atau langit luas semata, namun gedung perkantoran.
Muhlisin (58) seorang petani Desa Jemur Kecamatan, Kabupaten Kebumen mengakui kawanan burung bangau bermunculan dalam beberapa hari terakhir. Inimembuatnya gembira. Bukan soal pemandangan bagus, bahkan lebih dari itu. "Burung itu tidak mengganggu justru palah membantu kami memakan hama," katanya disela-sela membajak sawah, (6/7/2020).
Ya, burung berwarna putih dengan leher panjang itu tak hanya bergerombol saat petani membajak sawah. Mereka memakan keong emas, cacing, tikus dan beberapa hama padi.
Dari simbiosis mutualisme itu, petani menjaga populasi burung kuntul karena bisa mencegah dari serangan hama penyakit. Saat ini burung kuntul banyak ditemui di sekitar sawah dekat perkotaan dan wilayah sawah datar di Kabupaten Kebumen yang menggarap proses tanam musim kedua dengan air irigasi.
"Sejak puluhan tahun lalu, petani di sini tidak mengganggu populasi burung kuntul yang hidup secara berkelompok dan sering ditemukan di areal persawahan warga,” kata Muhlisin.
Menurut Muhlisin, populasi burung kuntul di wilayah ini mencapai ribuan. Biasanya, kawanan burun datang ke areal persawahan pagi dan sore hari.
Kesadaran warga untuk menjaga kelestarian habitat burung ini patut diapresiasi. Nur Salim (60), petani Desa Meles Kecamatan Adimulyo, mengaku dirinya terus melestarikan habitat hewan tersebut.
Mereka juga tidak melakukan perburuan, meski konon daging burung ini lezat dimakan. "Masyarakat setempat tidak ada yang berani memburu burung kuntul, bahkan kami melarang jika ada pemburu yang menembaknya," katanya.
Nur Salim menjelaskan burung kuntul memiliki biasa membuat sarang di sejumlah pohon yang memiliki ketinggian di atas 10 meter dari permukaan tanah, seperti pohon asem, mahoni, sengon, beringin dan pohon bambu. “Kami menjaga habitat burung kuntul karena bisa menyelamatkan tanaman padi, meski kadang pohon yang dihinggapi burung kuntul banyak kotorannya tapi itu membuat tanaman tambah subur, kami berharap masyarakat juga ikut menjaga populasi burung ini meski kadang bermigrasi,” tambahnya. (fur)
Seperti terlihat di areal persawahan tak jauh dari Jalan Arumbinang. Ratusan bahkan ribuan burung bangau tampak bergerombol. Sesekali, mereka turun kesawah dan mencari makanan tak jauh dari seorang petani yang tengah membajak sawah. Pemandangan ini menjadi menarik, karena latar belakang pemandangan ini bukan lagi gunung atau langit luas semata, namun gedung perkantoran.
Muhlisin (58) seorang petani Desa Jemur Kecamatan, Kabupaten Kebumen mengakui kawanan burung bangau bermunculan dalam beberapa hari terakhir. Inimembuatnya gembira. Bukan soal pemandangan bagus, bahkan lebih dari itu. "Burung itu tidak mengganggu justru palah membantu kami memakan hama," katanya disela-sela membajak sawah, (6/7/2020).
Ya, burung berwarna putih dengan leher panjang itu tak hanya bergerombol saat petani membajak sawah. Mereka memakan keong emas, cacing, tikus dan beberapa hama padi.
Dari simbiosis mutualisme itu, petani menjaga populasi burung kuntul karena bisa mencegah dari serangan hama penyakit. Saat ini burung kuntul banyak ditemui di sekitar sawah dekat perkotaan dan wilayah sawah datar di Kabupaten Kebumen yang menggarap proses tanam musim kedua dengan air irigasi.
"Sejak puluhan tahun lalu, petani di sini tidak mengganggu populasi burung kuntul yang hidup secara berkelompok dan sering ditemukan di areal persawahan warga,” kata Muhlisin.
Menurut Muhlisin, populasi burung kuntul di wilayah ini mencapai ribuan. Biasanya, kawanan burun datang ke areal persawahan pagi dan sore hari.
Kesadaran warga untuk menjaga kelestarian habitat burung ini patut diapresiasi. Nur Salim (60), petani Desa Meles Kecamatan Adimulyo, mengaku dirinya terus melestarikan habitat hewan tersebut.
Mereka juga tidak melakukan perburuan, meski konon daging burung ini lezat dimakan. "Masyarakat setempat tidak ada yang berani memburu burung kuntul, bahkan kami melarang jika ada pemburu yang menembaknya," katanya.
Nur Salim menjelaskan burung kuntul memiliki biasa membuat sarang di sejumlah pohon yang memiliki ketinggian di atas 10 meter dari permukaan tanah, seperti pohon asem, mahoni, sengon, beringin dan pohon bambu. “Kami menjaga habitat burung kuntul karena bisa menyelamatkan tanaman padi, meski kadang pohon yang dihinggapi burung kuntul banyak kotorannya tapi itu membuat tanaman tambah subur, kami berharap masyarakat juga ikut menjaga populasi burung ini meski kadang bermigrasi,” tambahnya. (fur)