KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Gombong menghidupkan kembali Komunitas Masyarakat Peduli Tuberkulosis (KMP_TB) di Kecamatan Puring. Itu dilaksanakan melalui Kegiatan Pengabdian Masyarakat yang dilaksanakan oleh sekolah tinggi tersebut, beberapa waktu lalu.
Kegiatan dilaksanakan dengan mengambil judul “Peningkatan Kemampuan Anggota Komunitas Masyarakat Peduli TB (KMP-TB) dalam Program Penanggulangan TB Berbasis Masyarakat. Ini dapat terlaksana berkat kerjasama STIKES Muhammadiyah Gombong dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Ketua Panitia Pelaksana Ns Isma Yuniar menyamaikan sasaran kegiatan difokuskan pada KMP-TB Puring yang terdiri dari Perwakilan dari kecamatan, Desa, Tokoh masyarakat, Tokoh agama, kader dan mantan pasien yang sudah sembuh. “Penyakit TB perlu penanganan serius. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pelayanan kesehatan pemerintah untuk mengatasi penyakit TB,” tuturnya.
Dijelaskanya, para Kader merupakan kunci keberhasilan program peningkatan pengetahuan dan keterampilan bidang kesehatan dalam masyarakat. Karena penatalaksanaan TB melibatkan banyak multidimensi. Faktor sosial budaya menjadi sangat penting dalam pengobatan TB. “Program penanggulangan TB diharapkan berbasis masyarakat. Artinya setiap kegiatan yang dilakukan terkait penanggulangan TB melibatkan dan mendorong masyarakat untuk peduli TB,” katanya.
Di Kecamatan Puring, lanjut Isma, sudah terbentuk KMP-TB. Komunitas ini terdiri dari kader kesehatan, tokah masyarakat, tokoh agama, serta masyarakat penderita TB yang sudah sembuh. KMP-TB terdiri dari bermacam-macam segmen masyarakat, karena penyakit TB banyak bersentuhan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat.
“Nilai-nilai budaya setempat sangat mempengaruhi terhadap perkembangan penyakit ini. Beberapa masyarakat justru masih mempercayai penyakit TB merupakan kutukan, sehingga pasien cenderung akan menutup diri dan tidak mau berobat,” paparnya.
Keberadaan KMP-TB ini belum dapat menyelesaikan masalah yang ada di Kebumen, khususnya di Kecamatan Puring. Peran anggota KMP belum optimal, yaitu masih rendahnya penengetahuan dan keterampilan serta komitmen dari anggotanya, serta dukugan yang masih rendah dari unit terkait. “Solusi dari Tim Pengabdian masyarakat STIKES Muhammadiyah Gombong yakni meningkatkan peran KMP-TB dalam hal penanggulangan TB,” jelasnya.
Ini dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan. Seperti memberikan pelatihan dasar (pelatihan tentang komunikasi dasar, konseling dan pelatihan teknik penyuluhan). Pelatihan Inti tentang TB dan penangobatannya, simulasi deteksi dini TB dan simulasi pemberian obat TB Serta praktek lapangan (Penyuluhan Kesehatan tentang TB dan PMO. “Praktek pengambilan sampel dahak pada keluarga beresiko yang dan praktek pemberian makanan tambahan (PMT) dan lomba rumah sehat,” paparnya.
Isma menambahkan, dengan adanya kegiatan tersebut harapannya KMP-TB mempunyai kompetensi dalam hal penanggulangan TB. Ini sebagai satu komponen yang strategis untuk membantu pemerintah sekitar dalam penangulangan TB dan penuntasan pengobatan TB. “Sehingga cita-cita Indonesia bebas TB dapat diwujudkan,” ucapnya. (mam)
Kegiatan dilaksanakan dengan mengambil judul “Peningkatan Kemampuan Anggota Komunitas Masyarakat Peduli TB (KMP-TB) dalam Program Penanggulangan TB Berbasis Masyarakat. Ini dapat terlaksana berkat kerjasama STIKES Muhammadiyah Gombong dengan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Ketua Panitia Pelaksana Ns Isma Yuniar menyamaikan sasaran kegiatan difokuskan pada KMP-TB Puring yang terdiri dari Perwakilan dari kecamatan, Desa, Tokoh masyarakat, Tokoh agama, kader dan mantan pasien yang sudah sembuh. “Penyakit TB perlu penanganan serius. Kita tidak bisa hanya mengandalkan pelayanan kesehatan pemerintah untuk mengatasi penyakit TB,” tuturnya.
Dijelaskanya, para Kader merupakan kunci keberhasilan program peningkatan pengetahuan dan keterampilan bidang kesehatan dalam masyarakat. Karena penatalaksanaan TB melibatkan banyak multidimensi. Faktor sosial budaya menjadi sangat penting dalam pengobatan TB. “Program penanggulangan TB diharapkan berbasis masyarakat. Artinya setiap kegiatan yang dilakukan terkait penanggulangan TB melibatkan dan mendorong masyarakat untuk peduli TB,” katanya.
Di Kecamatan Puring, lanjut Isma, sudah terbentuk KMP-TB. Komunitas ini terdiri dari kader kesehatan, tokah masyarakat, tokoh agama, serta masyarakat penderita TB yang sudah sembuh. KMP-TB terdiri dari bermacam-macam segmen masyarakat, karena penyakit TB banyak bersentuhan dengan faktor sosial budaya dalam masyarakat.
“Nilai-nilai budaya setempat sangat mempengaruhi terhadap perkembangan penyakit ini. Beberapa masyarakat justru masih mempercayai penyakit TB merupakan kutukan, sehingga pasien cenderung akan menutup diri dan tidak mau berobat,” paparnya.
Keberadaan KMP-TB ini belum dapat menyelesaikan masalah yang ada di Kebumen, khususnya di Kecamatan Puring. Peran anggota KMP belum optimal, yaitu masih rendahnya penengetahuan dan keterampilan serta komitmen dari anggotanya, serta dukugan yang masih rendah dari unit terkait. “Solusi dari Tim Pengabdian masyarakat STIKES Muhammadiyah Gombong yakni meningkatkan peran KMP-TB dalam hal penanggulangan TB,” jelasnya.
Ini dapat dilaksanakan melalui beberapa kegiatan. Seperti memberikan pelatihan dasar (pelatihan tentang komunikasi dasar, konseling dan pelatihan teknik penyuluhan). Pelatihan Inti tentang TB dan penangobatannya, simulasi deteksi dini TB dan simulasi pemberian obat TB Serta praktek lapangan (Penyuluhan Kesehatan tentang TB dan PMO. “Praktek pengambilan sampel dahak pada keluarga beresiko yang dan praktek pemberian makanan tambahan (PMT) dan lomba rumah sehat,” paparnya.
Isma menambahkan, dengan adanya kegiatan tersebut harapannya KMP-TB mempunyai kompetensi dalam hal penanggulangan TB. Ini sebagai satu komponen yang strategis untuk membantu pemerintah sekitar dalam penangulangan TB dan penuntasan pengobatan TB. “Sehingga cita-cita Indonesia bebas TB dapat diwujudkan,” ucapnya. (mam)