KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Penanaman porang sebentar lagi memasuki masa panen. Ini umumnya dimulai Bulan Mei, Juni dan seterusnya. Para petani diharapkan tidak menjual hasil panen dengan sistem tebas atau ijon. Dimana sistem tersebut kerap membuat kerugian.
Sistem Tebas atau Ijon yakni pembelian dengan cara borongan. Dalam hal ini tanaman porang belum dipanen. Dengan demikian umbi porang posisinya masih berada di dalam tanah. Penentuan harga dilaksanakan dengan cara mengira-ira. Ini berdasarkan kondisi tanaman dan luasan lahan.
Sistem tebas dilaksanakan menjelang pemanenan. Ini umumnya dilaksanakan satu bulan sebelum masa panen. Karena menggunakan perkiraan, tentunya hal tersebut dapat meleset. Ini dapat membuat kerugian bagi kedua belah pihak yakni penjual maupun pembeli. Kendati demikian umumnya kerugian dialami oleh petani.
Salah satu praktisi Porang Kebumen Akif Fatwal Amin menyampaikan praktik jual porang dengan sistem tebas, kerap dilaksanakan. Dari sistem tersebut kerap pula petani mengalami kerugian. Sebab jumlah porang yang dipanen kerap kali melebihi perkiraan harga yang telah disepakati. “Untuk itu kami mengimbau agar sistem tebas tidak dilaksanakan dalam jual beli porang,” tuturnya, Rabu (14/4).
Ditegaskannya sistem tebas menjadi fenomena yang kurang menguntungkan bagi para petani porang. Namun tidak dipungkiri memang jika petani juga kerap melakukan sistem tersebut. Hal ini biasanya terjadi karena petani terdesak kebutuhan. Selain itu bisa jadi karena petani juga ragu akan laku atau tidak porang. “Ini umum terjadi pada petani porang pemula. Mereka masih belum yakin jika porang itu laku,” katanya.
Dalam praktik tebas atau ijon, lanjut Akif, akan merugikan petani. Sebab baik umbinya maupun katak/bubil potang dan lainnya semua akan menjadi milik pembeli. Padahal jika yang dijual adalah umbinya saja tentunya petani masih mendapatkan katak/bubilnya. Dengan adanya bubil tersebut petani tidak perlu repot mencari bibit untuk musim tanam berikutnya.
Jika petani porang dengan menjual dengan sistem ijon, tentunya akan membuat para petani susah untuk berkembang. Perlu diketahui dalam satu batang tanaman porang setidaknya menghasilkan empat bubil/ katak. Nantinya katak tersebut dapat untuk memperbanyak tanaman di musim berikutnya. “Sekali lagi kami mengimbau agar petani tidak menjual pirang dengan sistem tebas,” ucapnya. (mam)