(kebumenekspres.com) MAGELANG- Keluar masuk tanah Jawa untuk bekerja mencari urat emas di tahun 2008 membuka kesadaran Rachel Harrison, bahwa selain emas Jawa memiliki sesuatu yang jauh lebih berharga yakni kebudayaan. Sampai akhirnya Rachel nekat keluar dari pekerjaan, lalu lari ke Magelang menekuni tari-tarian Jawa dan bermimpi memainkan sendratari jawa klasik di Candi Borobudur.
Dia ahli geologi asli Leicester, Inggris yang menamatkan doktoralnya di Universitas Tasmania Australia. Bekerja sebagai pencari urat-urat emas di berbagai penjuru dunia, termasuk di tanah Jawa. Tapi akhirnya dia kepincut dengan kesenian Jawa. Tari jadi target utamanya.
Maka beberapa ahli tari Jawa, sebut saja Wisnu Wahyudi dan Medy Mardiana dari ISI Yogyakarta adalah gurunya. Sampai beberapa tari klasik Jawa dia kuasai, dari Bedhaya, Gambyong, Srikandi Larasati dan lainnya. Sambil terus menimba dari beberapa sumber kesenian Jawa, Rachel membuka sanggar seni di rumahnya di dusun Pete, Borobudur, Magelang pada tahun 2016 bernama Sanggar Seni Joglo Pete.
"Impian besar saya menggelar sendratari Jawa klasik di Candi Borobudur. Di mana-mana sesuatu yang klasik, apalagi ini adalah kesenian memiliki akar yang sangat kuat di kehidupan masyarakat. Entah itu di Eropa, Amerika maupun Jawa," kata Rachel, Kamis (8/4).
Setidaknya 12 tarian Jawa klasik yang kini diajarkan Rachel secara gratis pada puluhan anak-anak dan remaja di sanggarnya. Spirit menjaga tradisi Jawa dari Rachel itu akhirnya menular pada warga sekitar. Bapak-bapak dan ibu-ibu turut nyengkuyung sanggar sebagai pengrawit atau penabuh gamelan.
Dalam kuru.n waktu lima tahun itu, puluhan bahkan ratusan panggung telah dia jamah. Dari pertunjukan kaki lima hingga kolaborasi seniman antarbangsa. Pada Kamis (8/4) itu, di kediamannya yang menghadap langsung ke Candi Borobudur, Rachel bersama penari-penari cilik menyuguhkan beberapa tarian di hadapan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Kunjungan Ganjar ke sanggar seni Joglo Pete itu merupakan salah satu rangkaian acaranya keliling di kawasan Borobudur. Dia telah didapuk sebagai mandor pembangunan The New Order of Borobudur Temple. Selain infrastruktur, pembangunan sumberdaya manusia juga jadi fokus Ganjar Pranowo.
"Biar tidak jadi kawasan wisata yang kering, kaku yang hanya mengandalkan bangunan fisik. Tapi juga benar-benar dihidupi dengan kesenian dan budaya masyarakat setempat. Sanggar-sanggar kesenian seperti Joglo Pete ini adalah jantungnya," katanya.
Bahkan Ganjar sangat mengapresiasi mimpi Rachel yang ingin mementaskan sendratari Jawa klasik di halaman candi Buddha terbesar di dunia itu.
"Sebelum ke sini juga melihat proses menari di Balai Konservasi Borobudur, di sana mereka latihan tari yang terinspirasi reliaf-relief di candi Borobudur. Itu jadi ide yang sangat menarik untuk direalisasikan dan ini adalah sanggar yang sangat bagus," katanya.
Mendengar ungkapan Ganjar, Rachel pun nampak sumringah,. Hal itu justru semakin membangkitkan spirit Rachel untuk terus berkarya untuk bisa menggelar mahakarya dengan Candi Borobudur.(rls)