Foto Simulasi |
(kebumenekspres.com) KEBUMEN - Warga Desa Jladri Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen panik seteleh wilayahnya dihantam tiga bencana alam dalam waktu tak selang lama. Mereka pun bergegas bergotong-royong menyelamatkan diri menuju tempat pengungsian.
Pagi hari, saat warga sedang menjalankan aktivitasnya bertani, tiba-tiba tebing di dekat area pemukiman longsor dan mengancam warga yang berada di bawahnya. Warga yang mengetahui kejadian itu kemudian menginformasikan yang lain untuk segera mengungsi, karena dikhawatirkan terjadi longsor susulan.
Belum reda kepanikan, di lokasi lain terjadi banjir bandang karena sungai yang melintas desa tak mampu membendung arus air. Sejumlah warga yang sedang menambang pasir secara tradisional kalang kabut menyelamatkan diri ke lokasi yang lebih aman.
Suara kentongan memberikan peringatan untuk segera menuju ke pengungsian melalui jalur evakuasi. Warga saling memberikan pertolongan bagi yang lain terutama lansia dan anak-anak dari ancaman bencana tersebut.
Tak sampai di situ, satu jam kemudian angin puting beliung memporak-porandakan sudut desa yang berdekatan di area persawahan. Beberapa rumah roboh dan mengakibatkan korban luka-luka.
Namun, warga Desa Jladri sudah mampu menghadapi bencana yang datangnya tak dapat diduga sebelumnya. Mereka dengan cepat menyelamatkan diri, saling menolong mengikuti rute evakuasi hingga sampai di titik pengungsian akhiri. Di sana telah berdiri tenda-tenda, rumah sakit darurat, dan dapur umum.
Adegan tersebut merupakan rangakaian Simulasi Siklon Tropis Seroja dan Odette BPBD Kabupaten Kebumen, Minggu (11/4/2021). Kegiatan tersebut dihadiri langsung oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
"Jadi kita mendapatkan peringatan dari BMKG terkait kondisi cuaca. Kemarin terjadi siklon tropis di NTT dan akan berdampak. Salah satu yang mendapat peringatan itu Jawa Tengah, khususnya di wilayah selatan," ujar Ganjar usai simulasi.
Maka, pihaknya telah menginventarisasi wilayah yang rawan mulai dari Wonogiri, Kebumen, Purworejo, Cilacap dan sebagian Banyumas.
"Latihan ini penting karena biar orang merasakan dalam menyiapkan diri (hadapi bencana). Harapannya tiap daerah bisa seperti ini," imbuhnya.
Terkait early warning system, Ganjar menegaskan jika terkendala alat modern, maka dianjurkan menggunakan alat tradisional.
"Sistem peringatan dini bisa gunakan alat tradisional, kentongan. Nanti bisa kerjasama dengan Babinsa, Babinkamtibmas dan lainnya," jelasnya.
Sementara, Bupati Kebumen Arif Sugiyanto menuturkan bahwa pelaksanaan simulasi cukup bagus dan lengkap. Desa Tangguh Bencana ditargetkan mencapai 449 desa di tahun 2022 mendatang.
"Untuk saat ini baru 60 Destana. Sedangkan target kami di tahun 2022 sudah selesai semua yakni 449 Destana. Nanti 2024 kami tingkatkan menjadi keluarga tangguh bencana," tandasnya.(rls)