KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Duka mendalam dirasakan Untung (55), warga Desa Ngabean Kecamatan Mirit. Bagaimana tidak. Ia harus kehilangan anaknya dalam musibah petasan yang merenggut tiga nyawa pada Rabu (12/5/2021) itu.
Untung menyampaikan, peristiwa itu terjadi menjelang waktu berbuka puasa sekitar pukul 17.30 WIB. Saat itu, ia sedang berada di belakang rumah. Tiba-tiba, terdengar gelegar suara ledakan petasan yang memekakan telinga.
Rasa kagetnya berubah menjadi duka. Ketika ia menuju sumber suara, dilihatnya para korban sudah tergeletak. "Sudah pada tergeletak. Tidak bergerak. Darah di mana-mana. Sampai saya tidak bisa mengenali wajah anak saya," katanya.
Beberapa hari sebelumnya, ia sempat menegur anaknya untuk tidak membuat petasan, karena lingkungan sekitar tidak semuanya suka dengan suara petasan.
Untung tidak pernah tahu, anaknya mendapatkan serbuk petasan dari mana. Muhammad Taufiq sehari-hari merantau di luar kota. Menjelang Lebaran, ia ingin merayakan dengan meriahnya petasan.
Ia bersama saudaranya serta tetangganya membuat sendiri selongsong petasan dari kertas bekas hanya berdasarkan pengalamannya. Namun kemeriahan yang sebelumnya direncanakan berubah menjadi petaka. Ia bersama dengan 7 pemuda lainnya menjadi korban ledakan petasan.
Terkait hal tersebut, sebenarnya Polres Kebumen sejak lama melakukan antisipasi dengan menggelar Kegiatan Kepolisian yang Ditingkatkan atau KKYD dengan sasaran Miras dan Petasan. Sejak sebelum Bulan Ramadhan, siang malam menggelar kegiatan KKYD.
Juga, tak sedikit pula serbuk petasan yang diamankan dalam kegiatan KKYD tersebut.
Sebanyak 215 Kilogram serbuk petasan, kurang lebih seminggu yang lalu dimusnahkan oleh Polres Kebumen dengan melibatkan Tim Gegana Brimob Polda Jateng di kawasan Puslitbang TNI AD atau di bibir pantai Setrojenar Buluspesantren.
"Kegiatannya KKYD yang kita gelar, salah satu antisipasi hal semacam ini. Kita turut berbela sungkawa atas kejadian ini," jelas Kapolres Kebumen AKBP Piter Yanottama saat memimpin olah TKP. (win/cah)