KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Mayoritas penduduk Kebumen, merupakan petani. Tidak heran jika sejumlah orang berpendapat jika hendak memajukan Kebumen, maka majukanlah petani. Jika hendak membangun Kebumen, maka bangunlah petani. Jika hendak memakmurkan Kebumen, maka makmurkanlah petani.
Tagline kabupaten berselogan Beriman ini sendiri yakni "Kebumen Agrocity Of Java". Selain itu Pertanian dan Kelautan juga menjadi program primer Pemerintah Kebumen. Namun demikian persoalan terbesar petani sesungguhnya adalah ketersediaan pasar hasil pertanian. Selain itu juga ketersediaan kebutuhan pendukung pertanian.
Ketua Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) PCNU Kebumen Dr Imam Satibi mengatakan, hingga kini permasalahan yang dihadapi oleh petani memang beragam. Kendati demikian persoalan terpenting yakni ketersediaan pasar hasil panen dan kestabilan harga. “Hingga kini, ini masih menjadi persoalan besar,” tuturnya, Rabu (8/7/2021).
Terkait dengan mengelola tanaman dan meningkatkan hasil pertanian, lanjutnya, para petani di Kebumen tidak perlu diragukan. Petani dapat menanam berbagai tanaman baik pangan, buah, sayuran dan lainnya. “Namun setelah berhasil menanam, persoalan selanjutnya yakni minimnya ketersediaan pasar. Petani tidak tahu hendak menjual kemana,” katanya.
Hal ini pula yang kerap kali membuat petani terpaksa menjual hasil panennya dengan harga selakunya. Bahkan petani kerap kali menjual dengan sistem ijon. Dalam hal ini petani seakan tidak diberikan pilihan lain, kepada siapa hendak menjual hasil panennya. “Sangat penting untuk diperhatikan,” ungkapnya.
Terkait pemasaran Dr Imam Satibi menyampaikan, selama ini hasil panen cenderung dijual kepada tengkulak. Selain itu sebagian lain dijual ke pasar tradisional. Jika saja, toko-toko modern yang ada di Kebumen dapat menjadi market bagi petani, tentu ini akan sangat baik. “Disinilah peran penting pemerintah. Jika hasil pertanian yang ada tidak sesuai standar, ajarilah petani Kebumen, agar dapat sesuai dengan standarisasi yang diperlukan,” paparnya.
Persoalan lain yakni ketersediaan kebutuhan pertanian. Ini seperti pupuk pestisida dan lainnya. Selain itu yakni kestabilan harga. Ilustrasinya, menjelang masa pemupukan, tiba-tiba terjadi kelangkaan pupuk. Selain itu harga juga cenderung naik. Sebaliknya menjelang masa panen, harga hasil panen anjlok. “Jika terus seperti ini, tentunya akan sangat sulit untuk memperjuangkan nasib petani,” tegasnya.
Terkait dengan seringnya terjadi kelangkaan pupuk, Dr Imam Satibi memberi masukan, agar BUMDes dapat menjadi distributor pupuk. Sebab mekanisme distributor pupuk yang selama ini, justru dirasa mempersulit dan merugikan petani. “Sekali lagi, membangun Kebumen adalah membangun petani. Selain itu pertanian dan kelautan menjadi program primer pemerintah,” ucapnya. (mam)