Oleh : Fahrul Rayhan Muhammad |
Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta |
Pada awal Desember 2019. Di rumah sakit pusat Wuhan berdatangan pasien dengan gejala radang paru-paru, lalu dr. Li Wen Liang mengumumkan di sosial medianya. Setelah pejabat kesehatan China menyelidiki, pecahnya wabah berasal dari pasar ikan Huanan yang juga menjual binatang liar. Pada tanggal 1 Januari pasar Huanan ditutup. Diawal tahun 2020 pejabat kesehatan China mengumkan penyebabnya sebuah virus Corona jenis baru yaitu Covid-19. Korban meninggal pertama muncul. Jumlah yang terininfeksi menjadi meningkat drastis. Tak lama kemudian Thailand mengkonfirmasi pasien Covid-19 pertama. Jepang juga melaporkan kasus perdana. Taiwan dan Amerika Serikat melaporkan kasus Corona disusul negara-negara lain termasuk Jerman. Dalam waktu dua bulan virus menyebar makin cepat di luar China. Yang paling parah Korea Selatan Iran dan Italia.
Seluruh dunia terkena virus Covid-19 dan terdampak, tidak terkecuali Indonesia. Segala aspek kehidupan menjadi berubah drastis. Contohnya yaitu beraktivitas. Semenjak Covid-19 ada, aktivitas manusia sangat terbatas. Tidak bisa berinteraksi secara normal, harus berjarak. Aktivitas harus dibekali masker dan alat kebersihan seperti hand sanitizer. Bahkan aktivitas yang berjalan pada ruangan seperti kantor, ditiadakan. Diganti dengan beraktivitas dirumah secara remote berjalan melalui ruang virtual.
Ruang lingkup menjadi sempit karena Covid-19. Tapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan apapun. Kita bisa melakukan hal yang produktif dan tentu bermanfaat sebagai selingan ketika kita jenuh dengan rutinitas seperti membaca buku. Saat seperti ini adalah waktu yang tepat untuk menghabiskan koleksi bacaan-bacaan. Seperti novel, cerita fiksi, ataupun buku sejarah. Untuk yang memiliki hobi, bisa menggunakan waktunya untuk memperdalam ilmu seputar hobi. Misalnya hobi berkebun, bisa dengan mencari referensi tanaman yang sedang hype atau bisa memulai menanam tumbuhan yang biasa dikonsumsi. Dari tanaman itu kita bisa gunakan untuk kita makan sendiri. Jika ada ruang lebih tidak ada salahnya jika ruang itu dipakai untuk memperbesar tanaman-tanaman agar bisa dijual dan dapat mendatangkan keuntungan.
Sebagai mahasiswa saya juga merasakan dampak kemunculan Covid-19. Kegiatan perkuliahan berjalan penuh hanya di rumah. Semenjak lulus masuk ke perguruan tinggi belum pernah kuliah secara tatap muka, bertemu dosen dan teman-teman secara langsung. Perkuliahan dirumah tentu terasa membosankan. Untungnya kita hidup di zaman digital. Kita bisa menggunakan gawai dan internet untuk mengobati kejenuhan. Melalui group chat, pihak universitas membagi informasi seputar kegiatan, karena mereka sadar tentang kejenuhan mahasiswa dan sangat disayangkan jika tidak digunakan dengan sebaik mungkin. Informasi yang dibagikan seperti workshop, webinar, dan lomba-lomba dari tingkat internal, nasional, maupun internasional.
Saya harap, kita bisa lebih mengendalikan kondisi pikiran kita ke arah yang lebih bahagia. Karena apapun sakitnya, Covid-19 sekalipun pikiran kita memengaruhi juga. Semakin kita bahagia maka tubuh kita akan lebih cepat pulih. Pakar Kesehatan Islam, Ibnu Sina berkata “Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat, dan kesabaran adalah langkah awal kesembuhan”. Dan semoga bisa menginspirasi agar lebih kreatif dalam situasi dirumah saja walaupun kapan pandemi mereda tidak ada yang tahu pasti.(*}