Gubernur Ganjar Pranowo memimpin Rembug Desa secara virtual dengan para Kades se Kabupaten Boyolali beserta Bupati dan Satgas Penanganan Covid, Rabu (4/8). |
(kebumenekspres.com) BOYOLALI - Ada-ada saja tingkah lucu Kades di Jateng saat mengikuti acara Rembug Desa dengan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Mereka dengan santai ngobrol dengan Ganjar seperti ngobrol dengan teman sendiri.
Misalnya saat Ganjar menggelar Rembug Desa dengan Kades se Kabupaten Boyolali secara daring di pendapa Kabupaten Boyolali, Rabu (4/8). Salah satu Kadesnya mengatakan pada Ganjar, bahwa di desanya ada warga yang meninggal tapi hidup lagi.
Awalnya Ganjar menanyakan pada Kades-Kades itu pertanyaan umum. Tentang penanganan Covid-19, tentang penanganan pasien positif yang isolasi mandiri dan penyaluran bantuan sosial. Saat bertanya terkait penyaluran bantuan sosial itu, ada salah satu Kades yang menulis di forum chat bahwa ada banyak warganya sudah meninggal tapi hidup lagi.
"Sebentar sebentar, itu Kades Gunung Simo nulis ada warganya yang mati hidup lagi. Kok medheni (mengerikan). Coba mas dihidupkan, saya pengen ngobrol," katanya pada operator.
Setelah berhasil ngobrol, Kades Gunung Simo bernama Yogi itu mengatakan, yang ia maksud warganya meninggal hidup lagi itu bukan jasadnya. Tapi, namanya kembali muncul sebagai penerima bantuan di desa.
"Ada banyak pak, sudah meninggal lama, sudah lama tidak dapat bantuan karena sudah kami verifikasi. Lha sekarang kok muncul lagi pak. Masuk daftar penerima bantuan. Kan namanya hidup lagi itu," kata Yogi.
Ganjar pun tertawa dengan keterangan Yogi. Meski begitu, ia paham dengan maksud Yogi karena di beberapa tempat yang ia kunjungi, banyak kasus serupa. Dimana ada warga yang sudah meninggal, tapi tetap menerima bantuan dari pemerintah pusat.
"Ada banyak pak, sekitar 9-10 kepala keluarga yang sudah meninggal, tapi dapat bantuan. Ya kita kembalikan pak bantuannya, karena tidak tepat sasaran. Kami heran pak, padahal dulu sudah diverifikasi, kok munculnya tetap sama. Apa mungkin pakai data lama ya pak," katanya.
Selain Yogi, sejumlah kades lain di Boyolali juga menyampaikan hal yang sama. Misalnya Kades Banyuanyar, Komarudin. Kepada Ganjar, pihaknya meminta agar ada pembenahan data bansos, karena apa yang diusulkan dari desa beda dengan data pusat.
"Untungnya kami sejak 2017 lalu ada musyawarah desa yang khusus membahas kemiskinan. Jadi masalah-masalah yang seperti ini, bisa kita atasi," kata Komarudin.
"Di desa kami ada 38 warga yang dapat bansos dobel pak. Itu kami alihkan ke warga yang lain tidak bisa. Bagaimana pak, supaya bisa langsung kami alihkan. Soalnya masyarakat banyak yang butuh," kata Kades Senden, Sularsih.
Ganjar langsung menjawab bahwa perbaikan data terus dilakukan. Pihaknya sudah mengirimkan surat ke Kemensos terkait hal itu.
"Tapi ndak bisa langsung dialihkan ke warga lain. Harus dikembalikan dulu, karena itu ada prosesnya. Mengelola keuangan negara kan tidak sembarangan," jawabnya.
Dari acara Rembug Desa itu, Ganjar mengatakan problem yang dialami kades-kades di Jateng relatif sama. Kalau penanganan Covid-19, Ganjar tidak khawatir karena semua desa sudah berjalan dengan baik.
"Tapi persoalan bantuan ini yang banyak dikeluhkan. Ada kades yang menyampaikan bloko sutho, pak yang meninggal hidup lagi katanya. Karena memang ada beberapa data yang pernah diverifikasi muncul lagi," imbuhnya.
Makanya, pihaknya terus komunikasi dengan Kemensos terkait hal ini. Pihaknya berharap, Kemensos segera memberikan data agar bisa diverifikasi langsung di lapangan.
"Kalau dari Kemensos bisa cepat memberikan, maka itu bisa membantu. Sebenarnya tidak banyak, tapi ini menciderai masyarakat. Banyak yang protes dan kades-kades ini jadi pusing. Meskipun sebenarnya sebagian besar sudah benar, tapi yang sedikit ini bisa nyrimpeti," pungkasnya.(rls/wil)