KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Sudah dua tahun lebih, wabah covid-19 melanda yang dampaknya juga dirasakan warga Kabupaten Kebumen belum juga berakhir. Kendati sudah reda, "pageblug" (wabah) ini tetap harus diwaspadai.
Nah berkait pageblug ini, Kebumen dalam sejarahnya ternyata pernah mengalaminya. Persisnya pada tahun 1843-1848. Pandemi itu bahkan berlangsung parah, hingga terjadi penyusutan penduduk yang cukup signifikan.
Peneliti Sosial dan Pegiat Wisata Sejarah di Historical Study Trips, Teguh Hindarto SSos MTh menyampaikan di rentang waktu itu, Kebumen yang kala itu masuk wilayah Karesidenan Bagelen mengalami pandemi demam syaraf atau epidemie van bilieus nerveuse koorsten.
"Bahkan ini mencapai angka kematian terparah karena epidemi pada tahun 1847, " ujar Teguh Hindarto, kemarin.
Teguh Hindarto memaparkan, Karesidenan Bagelen (1831-1900) memiliki 5 regentschap atau kabupaten. Ini meliputi Ledok kini Wonosobo, Purworejo, Kutoarjo, Ambal, Kebumen, Karanganyar. Ini pernah mengalami penyusutan jumlah penduduk cukup parah dari tahun 1843-1848. “Penyebabnya adalah epidemi demam syaraf atau epidemie van bilieus nerveuse koorsten,” tuturnya, Kamis (27/1).
Disampaikannya, Menurut laporan Tijdscrift voor Nederlandsch Indie (Eerste Deel 1850:18) angka kematian terparah karena epidemi terjadi di tahun 1847. “Kala itu Lebih dari 37.000 penduduk Jawa di Karesidenan Bagelen meninggal. Sementara angka kematian tahunan biasanya hanya 13.000-16.000 orang,” jelasnya.
Disampaikannya, tingkat kesehatan masyarakat yang masih buruk dan pengetahuan medis yang belum cukup berkembang, nampaknya memperparah situasi penyusutan populasi di karesidenan Bagelen.
Teguh juga menegaskan, ,masih menurut kajian Tijdscrift voor Nederlandsch Indie (Eerste Deel, 1850:17), di Bagelen jumlah kematian terparah di alami Kabupaten Ledok yang mencapai 20.166 orang. Ini dari tahun 1843-1848. Sehingga menyusutkan penduduknya dari 130.656 jiwa pada tahun 1843,menjadi 110.490 jiwa pada tahun 1948.
Teguh menyampaikan, Kabupaten Kebumen mencapai angka 4.221 kematian. Ini dari rentang tahun 1843-1849. Jumlah penduduknya sebanyak 82.667 jiwa pada tahun 1843, merosot menjadi 78.446 jiwa pada tahun 1848.
Menariknya, kabupaten Karanganyar yang sekarang menjadi sebuah kecamatan di Kabupaten Kebumenm justru mengalami kenaikan jumlah penduduk dan nol kematian, akibat epidemi yang merenggut kabupaten tetangganya. Bahkan jumlah penduduk sebanyak 113.887 jiwa 116.189 jiwa di tahun 1848
“Celakanya, tingkat kelahiran (geboorten) pada rentang waktu dari tahun 1846-1848 di enam wilayah kabupaten di Karesidenan Bagelen, masih kecil dibandingkan tingkat kematian (sterfgevallen),” ungkapnya.
Jika pada tahun 1846 jumlah angka kelahiran adalah 19.708 maka di tahun 1847 hanya 14.478. Adapun di tahun 1848 naik sedikit menjadi 14.648. “Di Kabupaten Kebumen saja dimana angka kelahiran mencapai 2.890 pada tahun 1846 maka pada tahun 1847 hanya memperoleh angka kelahiran 1.975. Pada tahun 1848 lebih rendah lagi yaitu 1.514 orang,” ucapnya. (mam)