KEBUMEN(kebumenekspres.com)- Mungkin belum banyak yang tahu di Kecamatan Sadang terdapat usaha tenun. Sudah begitu, kain tenun hasil karya warga Kebumen sudah dipasarkan ke luar daerah, baik itu Bali, Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya, dan sampai ekspor ke Bahrain, Timur Tengah.
Para pengrajin tenun itu tepatnya berada di Desa Seboro, Kecamatan Sadang, Kebumen di RT 02 RW 08. Setidaknya ada 30 warga di situ yang setiap hari bekerja sebagai pengrajin kain tenun di bawah CV Kartinasia Jaya. Potensi itu pun membuat Bupati Kebumen, Arif Sugiyanto tertarik. Iapun memilih datang langsung, Sabtu akhir pekan kemarin.
Bersama Ketua Tim Penggerak PKK, Iin Windarti yang juga istri tercinta, Bupati datang ke lokasi. "Ini luar biasa keren, Kebumen punya banyak potensi. Seperti halnya kain tenun Seboro ini. Mungkin masyarakat Kebumen masih sedikit yang tahu kalau di kabupatennya ternyata ada pengrajin tenun. Dan ini benar-benar dibuat secara tradisional, dengan hasil yang bagus," ujar Bupati di Seboro pada kegiatan Mubeng Kebumen edisi 4, Sabtu (29/1/2022).
Pemerintah pun siap mendorong agar pengrajin tenun di sini lebih maju. Misalnya dengan memberikan permodalan, kemudian pelatihan, dan juga pemasaran. Sehingga banyak masyarakat di Seboro dan Sadang pada umumnya, yang mau bekerja menjadi pengrajin kain tenun.
"Tentu pemerintah akan mendukung, baik dari sisi permodalan, pelatihan, dan pemasaran. Kita ingin ini dibesarkan lagi agar bisa mengangkat lebih banyak lapangan kerja, sehingga harapannya ketika masyarakat maju, Sadang tidak lagi disebut sebagai wilayah kemiskinan ekstrem di Kebumen," ucap Bupati.
Nasihin Ketua Kelompok Pengrajin Tenun Kartinasia Jaya mengatakan, pengrajin tenun sudah cukup lama. Berkat salah seorang warga Seboro bernama Nanang Setiawan yang punya keahlian membuat tenun saat tinggal di Jepara, Jawa Tengah. Setelah mahir, Nanang kemudian mengembangkan di Kebumen.
"Awalnya dari Mas Nanang dia belajar tenun di Jepara, kebetulan istrinya orang sana. Setelah bisa, dia pulang ke Kebumen dan menggerakan masyarakat untuk belajar menenun. Alhamdulillah sekarang sudah ada 30 orang yang ikut sebagai pengrajin," ujarnya.
Produksi yang dihasilkan berupa sarung dan kain bahan tenun. Dalam sehari satu pengrajin bisa menghasilkan satu sarung. Atau perhari bisa memproduksi 5 meter kain. Selain sarung, pengrajin juga membuat baju tenun, dan aksesoris tenun lainnya. Satu sarung dijual dengan harga mulai dari Rp 220 ribu, dan 1 meter kain Rp60 ribu.
"Terus terang untuk bisa mengembangkan ini kami masih butuh bermodalan ya. Terutama untuk beli alat tenun, benang, dan tempat produksinya. Karena tempatnya sempit, banyak warga yang akhirnya buat sendiri di rumah," jelasnya.
Nasihin menyampaikan terima kasih atas kehadiran Bupati. Ia berharap pemerintah bisa memberikan support untuk kemajuan pengrajin tenun di Seboro. "Kita berharap dengan tenun ini bisa semakin banyak memberdayakan masyarakat, sehingga desa kami bisa maju, Sadang terbebas dari kemiskinan ekstrem," tuturnya.
Sementara itu, Marwati (38) salah satu pekerja pengrajin tenun di Desa Seboro mengatakan, dirinya sudah dua tahun menjalani pekerjaan menenun. Dalam satu hari dirinya meraup keuntungan mulai dari Rp 25 ribu sampai 50 ribu.
"Saya sudah dua tahun, kalau gajian disini sistem borongan, tergantung saya dapat berapa kain, sehari bisa sampai dua buah kain sarung, tergantung alatnya (alat tenun), jika benang sering putus termakan waktu untuk memperbaiki," ujarnya.
Selain kain tenun tradisional, Desa Seboro dikenal juga dengan penghasil makanan ringan, yakni kacang telur, kemudian penghasil buah kelengkeng, dan juga terdapat wisata embung Selo Asri. Bupati meminta dalam Kebumen International Expo Juni nanti, Seboro diberikan stand khusus untuk promosi produknya. Tak hanya itu, untuk meningkatkan kreativitas masyarakat Sadang bupati akan menggelar pelatihan kewirausahaan. (fur)