KALIMANTAN - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong berjalannya Desa Inklusi diaplikasikan se Kalimantan Raya. Ganjar mengatakan, Desa Inklusi akan mendorong terlaksananya pembangunan yang transparan, akuntabel, dan partisipatif.
Hal ini disampaikan Ganjar saat bertemu dengan para pengurus Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) yang menggagas Desa Inklusi se Kalimantan Raya di Mangrove Center Graha Indah, Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu (13/3).
Desa Inklusi pertama di Kalimantan Timur digagas di Desa Karya Jaya, Kutai Kartanegara pada tahun 2020 sebagai pilot project dari PP Kagama dan Kemendes RI.
Fauzul Didi, sebagai penggagas menjelaskan ada pelaksanaannya, Desa Inklusi di Desa Karya Jaya telah berhasil menangani permasalahan warga terkait pertanahan.
"Kita menyelesaikan satu masalah besar tentang pertanahan dan itu sudah selesai dan masuk ke pemerintah pusat dan akan dikembalikan lagi ke masyarakat. Kemudian masalah pertanian, perkebunan dan juga akan melakukan kajian seperti desa pintar bekerjasama dengan Bank Indonesia," ujar Didi.
Didi mengatakan, dari bekal kesuksesan tersebut pihaknya optimis untuk menerapkan Desa Inklusi se Kalimantan Raya dengan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada.
"Maka hari ini kita memperbesar bukan hanya di Kalimantan Timur saja, tapi di Kalimantan secara seluruhnya maka kita akan buat program desa inklusi kalimantan Raya yang kita harapkan semua masalah yang ada di Kalimantan, apa yang kurang di desa itu akan diselesaikan bersama," ujarnya.
Gubernur Ganjar Pranowo yang juga Ketua Umum PP Kagama mengapresiasi semangat dari para penggagas Desa Inklusi se Kalimantan Raya. Ganjar mendorong agar contoh yang sudah ada bisa dijadikan metodologi yang menjadi database untuk diterapkan bersama.
"Kalau hanya disimpan didalam perpustakaan didalam tumpukan data, orang tidak akan mengerti file itu, tapi kalau ini bisa dikeluarkan dan diceritakan kita gempur," ujar Ganjar.
Ganjar juga meminta agar metodologi yang jadi database dibuat dengan beragam produk. Tak hanya tulisan, tetapi juga memaksimalkan audio visual.
"Sekali desa inklusif itu digebrak itu efeknya akan ke mana-mana, perempuannya jadi berdaya, usaha kecil naik kelas, model packaging bagus dan produk oke," tegas Ganjar.
Ganjar menegaskan, teknologi yang berkembang saat ini telah menjadi cara baru dalam berkomunikasi. Meski tak bisa hadir, Ganjar memastikan dirinya selalu mengikuti perkembangan.
Di sisi lain, lanjut Ganjar, dengan itu pula akan makin banyak orang yang dapat melihat dan meniru untuk menerapkan program Desa Inklusi di daerahnya masing-masing.
"Terimakasih, teruskan dan gelindingkan. Saya senang kalau ada audio visualnya. itu ada, boleh dikirim ke PP (Kagama), boleh ke saya, nanti saya sampaikan ke publik, itu komunikasi era sekarang, sehingga publik akan lebih banyak tahu dan orang akan ramai ramai berdatangan belajar dan sebagainya dan melihat kalau bisa kok kita melakukan," tandas Ganjar.(rls/wil)