KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Budidaya udang terpengaruh dengan perubahan musim. Pada musim hujan, petambak udang harus ekstra dalam mengelola tambaknya. Sebab dimusim inilah perubahan air sangat cepat terjadi.
Jika tidak, maka udang yang dipelihara tidak dapat berkembang secara maksimal. Bahkan tidak menutup kemungkinan banyak yang mati. Jika sudah demikian potensi kerugian menjadi sangat besar.
Salah satu petambak udang Juniadi Prasetyo menyampaikan, air hujan yang masuk kedalam kolam dapat merubah salinitas air. Salinitas sendiri adalah tingkat kadar garam terlarut dalam air. “Ini sangat penting untuk dicermati. Artinya perubahan yang terjadi pada air tambak, dapat sangat berpengaruh terhadap kondisi udang,” tuturnya, Rabu (30/3./2022).
Petambak harus segera mensetabilkan kembali kadar garam pada air tambak. Kekurangan kadar garam pada air tambak, membuat udang lemah dan rentan terhadap serangan penyakit. Untuk itu kondisi tersebut harus segera ditangani dengan cepat dan cermat.
Air hujan, lanjutnya, juga akan berpengaruh kepada kepekatan air tambak. Jika air menjadi jernih, artinya plankton di tambak tidak tumbuh dengan baik. Padahal keberadaan plankton sangat pentinga sebagai pakan alami udang. “Untuk penanganan setiap petani mempunyai trik tersendiri. Obat-obatan dalam budidaya udang sangat banyak, berikut pula dengan motodenya,” jelasnya.
Saat hujan deras, air kolam juga harus dibuang sedikit demi sedikit. Ini untuk mencegah penurunan tiba-tiba kondisi salinitas. Selain itu juga untuk mencegah kolam dalam keadaan banjir. Penggunaan probiotik secara reguler perlu dilakukan untuk memperlancar pertumbuhan bakteri pengurai kotoran.
Juniadi yang juga merupakan Lurah Panjatan Karanganyar itu, menyampaikan, terkait harga udang tidak terpengaruh dengan lebaran atau tidak. Udang sendiri merupakan komoditas ekspor. Sebatas pengalamannya, momentum lebaran tidak berpengaruh signifikan terhadap harga udang.
“Harga tidak terpengaruh oleh lebaran. Sekarang kenaikan harga masing-masing berbeda. Misalnya udang ukuran besar untuk ekspor kenaikan harganya cukup tinggi. Sedangkan untuk ukuran sedang kisaran Rp 52 perkilogramnya,” ucapnya. (mam)
