KEBUMEN(kebumenekspres.com) -Dari era pandemi hingga kini menjelang endemi, bisnis fashion sebenarnya tidak ada matinya. Hal ini salah satunya lantaraan fashion sudah menjadi bagian dari kebutuhan primer manusia. Sehingga permintaan akan kebutuhan sandang terus ada.
Hal ini disampaikan oleh salah satu pengusaha konveksi Rahmat Antoni warga RT 1 RW 1 Desa Kebulusan Pejagoan Kebumen. Pihaknya yang sudah puluhan tahun menekuni dunia fashion menyampaikan permintaan cenderung stabil. Ini baik masa Pandemi Corona, terlebih kini menjelang endemi.
Anton menyampaikan dalam bisnis dunia fashion tidak ada matinya. Saat daya beli masyarakat menurun, memang permintaan juga menurun. Kendati demikian penurunan tidak signifikan. “Tetep banyak pelanggan. Sebab pada umumnya, kebutuhan pakaian terus meningkat,” tuturnya, Jumat (8/4/2022).
Disampaikannya, permintaan cenderung naik saat momentum lebaran. Sebab secara umum, masyarakat akan mengenakan baju baru saat lebaran. Bukan hanya baju, jilbab juga baru. “Nah dari situlah mengapa bisnis fashion terus bertahan,” ungkapnya.
Secara umum, kesesuaian warna kini sudah menjadi kebutuhan. Ini seperti kesesuaian antara pakaian atas dan bawah. Selain itu juga kesesuaian antara warna jilbab dan pakaian. “Bahkan saat masa pandemi, banyak yang menyesuaian antara warna masker dengan warna jilbab,” paparnya.
Banyaknya varian tersebut menjadi peluang tersendiri. Ini baik untuk pengusaha pakaian, masker maupun jilbab. Bahkan beberapa pengusaha konveksi banyak yang kewalahan menerima pesanan masker. “Menjelang lebaran ini, tentunya permintaan pakaian dan lainya yang berkaitan dengan fashion meningkat,” jelasnya.
Dalam dunia konveksi, masa ramai secara umum dibagi menjadi dua. Ini meliputi momentum lebaran dan masuk sekolah. Untuk masuk sekolah terjadi pada Bulan Juli. Namun permintaan sudah naik dari bulan-bulan sebelumnya. “Lebaran pasti, kenaikan kelas juga meningkat,” terangnya.
Saat kenaikan sekolah, kebutuhan akan seragam dari berbagai ukuran sesuai dengan tingkatan juga meningkat. Para siswa akan mengganti seragam yang telah usang atau yang telah kekecilan.
Namun demikian, beberapa kendala yang umum terjadi adalah minimnya karyawan menjahit. Meski peluang menjadi operator jahit tergolong besar, namun minat masyarakat tergolong rendah. “Hampir semua konveksi kini kesulitan mencari karyawan operator menjahit,” ucapnya. (mam)