KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Sebelumnya saat sedang naik daun, tanaman porang menjadi komoditas andalan bagi para petani. Namun kini harga umbi dari tanaman yang mempunyai nama latin Amorphophallus Muelleri tersebut sedang terjun bebas.
Di beberapa daerah, harga porang turun hingga Rp 2 ribu perkilogramnya. Padahal sebelumnya saat masih berjaya, harga porang dapat tembus Rp 10 Ribu hingga 14 ribu perkilogramnya.
Namun demikian, memang hingga kini perusahaan atau pabrik yang penerima porang belum mengeluarkan daftar harga resmi. Sehingga harga di Kebumen sendiri belum bisa ditentukan.
Kepada Ekspres, Pelaku atau Petani Pembudidaya Porang Akif Fatwal Amin membenarkan jika telah terjadi penurunan harga porang yang signifikan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh adanya penundaan ekspor porang. “Selama masa pandemi memang telah terjadi penundan ekspor porang,” tuturnya, Rabu (18/5/2022).
Dijelaskannya, selama masa pandemi Covid-19, biaya ekspor mengalami kenaikan tiga kali lipat. Ini lantaran barang harus dikemas sesuai standar pengamanan Covid. Ini baik di negara asal maupun negara tujuan. “Naiknya harga membuat para pelaku ekspor menunda pengiriman,” ungkapnya.
Adanya penuddaan ekspor berdampak pada penurunan penyerapan porang. Sehingga harganya pun anjlok. Dimana saat permintaan rendah, harga akan turun. “Ini tidak hanya terjadi di Kebumen saja, melainkan juga di kota lain dan menyeluruh,” paparnya.
Sebagai petani, pelaku dan penggiat porang, Akif pun, menegaskan bahwa langkan yang tepat musti dilakukan. Artinya jika bisa petani jangan hanya terpaku atau tergantung pada penyerapan pabrik saja. Namun harus kreatif dengan mampu mengolah hasil panen porang.
Tentunya dengan segala kelebihannya porang dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal, salah satunya yakni aneka produk makanan. dengan hasil panen kita sendiri. Dengan demikian maka tidak hanya terpaku pada penyerapan pabrik dan ekspor saja, tapi juga mempunyai pangsa pasar lokal.
“Saya juga sedang melakukan suatu hal yang mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa membuktikan bahwa porang dapat dipasarkan di lokal. Sehingga hasil panen porang dapat terserap untuk pangsa pasar lokal sendiri,” jelasnya.
Akif menegaskan, mamang adanya penurunan harga banyak membuat pelaku dan petani porang banyak down. Namun bagi Akif sendiri, mempunyai prinsip bahwa siapapun pelaku usaha yang bisa sukses adalah yang mampu menghadapi tantangan atau persaoalan. (mam)