KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Peringatan Hari Raya Idul Adha menjadi salah satu hari yang ditunggu umat Islam. Biasanya, pada hari itu, banyak warga mendapat bagian daging cukup banyak. Utamanya bagi mereka yang tinggal di perkotaan.
Namun, itu tak berlaku bagi warga di wilayah pegunungan atau pelosok. Seperti di Dukuh Watu Kuwuk Desa Wonokromo dan Desa Kaliputih Kecamatan Alian ini misalnya. Bagi warga di wilayah itu, hewan kurban tidaklah sebanyak seperti di daerah perkotaan. Alhasil masyarakat dalam kekurangan untuk mengkonsumsi daging kurban.
"Di wilayah saya tahun ini hanya 1 ekor kambing saja, itupun harus dibagi puluhan kepala keluarga, ya satu rumah paling dapat 3 biji daging kambing," kata Gunawan (40) salah satu warga Dukuh Watu Kuwuk Desa Wonokromo Kecamatan Alian, Selasa (12/7/2022)
Itu juga terjadi di wilayah RW 3 Dukuh Tinatah Desa Wonokromo Kecamatan Alian. Di tahun ini, sebanyak 22 ekor kambing harus dibagi ke 12 RT dengan lebih dari 500 anggota Kepala Keluarga (KK). Sedangkan untuk penyembelihan hewan kurban jenis sapi di wilayah ini cukup jarang dilakukan.
"Di Masjid Darussalam Dukuh Tinatah kemarin ada 22 ekor kambing tetapi dibagi 12 RT, ya hanya cukup, kalau kurban sapi jarang disini," kata Lahudin (48) diamini Mutianti (32) warga Desa Kaliputih yang menyebutkan di wilayahnya hanya ada 3 ekor kambing kurban.
Meski tak daging tak sebanyak warga di perkotaan, warga setempat tetap bergembira ria merayakan Idul Adha. Menariknya, mereka punya cara unik dalam mengolah daging hewan kurban
Bagi hewan kurban kambing, warga menghilangkan bulu kambing dengan cara dibakar dengan daun kelapa kering. Uniknya lagi, mereka menggunakan daun jati untuk mengemas daging yang selanjutnya didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan
Kebiasaan yang ramah lingkungan ini patut untuk dilestarikan seiring kampanye gerakan tanpa plastik. "Kalau nggak pakai daun jati biasanya pakai tali bambu dengan cara dagingnya di klante," ujar Mukojin (50).
Meski begitu, lokasinya yang berada di wilayah pegunungan dengan minim sumber air, warga terpaksa harus membersihkan kambing di sungai. Perjuangan pun cukup lumayan berat, mereka harus berjalan kaki menggotong hewan kurban ke sungai dengan jarak lumayan jauh dengan medan yang terjal.
"Kita cuci kambing di sungai, namun untuk kotorannya kita buang ditempat yang kering dan dikubur di tanah," jelasnya.
Terpisah, Kepala Desa Kaliputih, Dhaniati mengatakan, di Desa Kaliputih tahun ini jumlah hewan kurban cukup minim, jika ditaksir jumlahnya hanya berkisar puluhan ekor saja. "Tahun ini jumlah satu desa hanya hitungan puluhan ekor saja, tergolong minim," katanya seraya berharap di tahun mendatang bisa meningkat jumlah hewan kurban. (Fur)