KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Perguruan Pencak Silat Tri Guna Sakti genap berusia 38 tahun. Momen tersebut ditandai dengan syukuran sederhana, bertempat di kediaman Guru Besar Dasuki Rahmat di kawasan Dukuh Kranggan Desa/Kecamatan Prembun, Selasa (26//2022).
Kegiatan dihadiri oleh puluhan anggota dari berbagai tempat di Kebumen, juga dari kabupaten tetangga seperti Purworejo dan Wonosobo. Hadir pula tokoh masyarakat di seputaran Prembun.
Ketua Panitia Tasyakuran Henri Kencana Putra mengemukakan Peringatan Ulang Tahun kali ini dilaksanakan secara internal dan sederhana. Mengingat kondisi bangsa Indonesia yang masih fokus pada pemulihan ekonomi Pasca Pandemi Covid 19. Agenda tasyakuran diisi dengan pembacaan doa bersama yang dipimpin oleh H Nursalim serta siraman rohani oleh Kyai Harun Al Rasyid. Selain itu disampaikan pula pitutur luhur dari Guru Besar Dasuki Rahmat.
Ketua Tri Guna Sakti cabang Kebumen Martoyo mengungkapkan perguruan tersebut telah berdiri sejak 1984 silam. Ini telah menghasilkan ribuan murid yang menyebar di berbagai daerah. Kini cabang yang cukup aktif ada di Kebumen, Purworejo dan Wonosobo selain tempat-tempat lain seperti Jakarta.
Diungkapkan bahwa pada awal berdiri, perguruan tersebut bernama Lawa Hitam. Namun berdasaran hasil diskusi Guru Besar dengan pendamping dari militer dan kepolisian akhirnya diputuskan menggunakan nama Tri Guna Sakti. “Nama ini merupakan cerminan falsafah perguruan yaitu olah raga (pembinaan fisik), olah rasa (kepekaan sosial dan lingkungan) serta olah sukma (aspek spiritualitas),” tuturnya.
Henri Kencana Putra menambahkan bahwa selain menjadi sarana penyaluran hobi dan pembinaan bakat, terbukti murid-murid Tri Guna Sakti juga mampu berprestasi di berbagai kompetisi.
“Kami memiliki kelompok-kelompok ekstrakurikuler di sekolah. Dalam ajang Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA), kami mendampingi murid yang hendak berlaga mewakili sekolahnya. Alhamdulillah anggota kami mampu meraih prestasi yang membanggakan. Ke depan kami akan semakin fokus mendampingi para atlet muda ini sebagai bentuk regenerasi Tri Guna Sakti,” ungkap Henry.
Dalam Pitutur Luhur-nya, Guru Besar Dasuki Rahmat menekankan panggilan seorang pendekar untuk menjadi juru damai. Ketika di tengah masyarakat terjadi konflik dan perselisihan, seorang pendekar harus bersikap netral dan mampu menjadi juru damai. Ditekankan bahwa setiap murid Tri Guna Sakti harus mampu memberi dampak positif bagi lingkungannya.
Diungkapkan pula bahwa Tri Guna Sakti selalu mengedepankan disiplin, ketekunan dan kesungguhan dalam berlatih. Segala pencapaian serta keunggulan ilmu semata-mata didapat dari kesungguhan dan ketekunan di bawah bimbingan pelatih, bukan karena unsur-unsur gaib apalagi yang dilarang oleh agama.
Diakui oleh Dasuki Rahmat, bahwa mayoritas anggota Tri Guna Sakti berasal dari kalangan masyarakat menengah ke bawah. Banyak dari anggotanya yang berlatih secara gratis, terutama yang bergabung dalam ekstra kurikuler sekolah. Bahkan secara tegas disampaikan bahwa Tri Guna Sakti adalah perguruan bukan padepokan karena sampai sekarang memang belum memiliki gedung padepokan secara fisik. “Latihan pun banyak menggunakan ruang publik seperti lapangan sekolah atau instansi pemerintah seperti Mapolsek Prembun,” jelasnya.
Sekalipun demikian Dasuki Rahmat meyakinkan bahwa keterbatasan ini tidak mengurangi tekad Tri Guna Sakti dalam berkontribusi bagi masyarakat, khususnya di Kabupaten Kebumen. Saat ini, perguruan ini tengah bersiap untuk berpartisipasi dalam Peringatan HUT RI serta Perayaan ulang tahun Kabupaten Kebumen. (mam)