KEBUMEN(kebumenekpsres.com)- Bulan Muharram atau Syura merupakan bulan yang kental akan tradisi dan budaya. Menjelang dan pada bulan tersebut beragam tradisi dan budaya dilaksanakan oleh masyarakat Jawa.
Di Desa Watulawang Pejagoan, masyarakat menggelar kenduri dan doa bersama. Ini dilaksnakan di makam leluhur yang kini telah menjadi Cagar budaya yakni Pemakaman Kuwu, Jumat (29/7/2022).
Tradisi tersebut rutin dilaksanakan. Masyarakat secara bersama-sama mendatangi makam dan menggelar doa bersama. Setelah itu dilanjutkan dengan cara makan bersama dengan makanan yag telah dibawa masing-masing.
Kenduri dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta. Ini atas segala nikmat termasuk selesainya Pemugaran Makam. Pemugaran sendiri dilaksanakan oleh masyarakat bersama Kodim 0709/Kebumen melalui Karya Bakti Manunggal TNI. Dimana dari program tersebut, Jalan menuju ke Cagar Budaya dibangun dengan panjang 30 dan lebar 3 meter.
Dengan dibangunnya insfrastruktur di Cagar Budaya tersebut bisa untuk mempertahankan dan melestarikan budaya leluhur. Dimana Makam Kuwu merupakan salah satu makam tertua di Kebumen.
Kepala Desa Watulawang Wasito menyampaikan Peresmian Karya Bakti Manunggal tahap ketiga, dilaksanakan di Desa Watulawang dengan swakelola masyarakat. Dalam hal ini dilaksanakan rehab dinding Makam Kuwu Watulawang dan renovasi satu dinding makam. Karena sudah masuk sebagai Cagar budaya, dinding yang sudah lapuk diperbaharui dan ditinggikan.
“Harapan saya semoga ini dapat untuk nguri uri budaya agar generasi selanjutnya bisa tahu dari mana asalnyaa. Ini juga untuk mengingatkan anak cucu kita kedepannya. Pemerintah Desa berterimakasih kepada Kodim 0709/Kebumen yang sudah menggelontorkan Karya Bakti Manunggal di Desa Watulawang,” tuturnya.
Danramil 14/Pejagoan Kapten Inf Kartono menyampaikan warga masyarakat sangat antusias menyengkuyung dan bergotong-royong dalam pelaksanaan Karya Bakti selama di Desa Watulawang. Makam Kuwu merupakan Cagar budaya. Diharapkan ini dapat menjadi salah satu wisata religi di Kebumen. “Pembangunan jalan dimulai 22 Juni sampai dengan 6 Juli atau sekitar 2 minggu,” jelasnya.
Sementara itu Salah Satu Sesepuh Desa Watulawang San Wardi menyampaikan makna Kuwu adalah pendatang. Dimana dalam pada masa lampau terdapat kisah jika ada salah satu Putri Kraton yang mendatangi desa tersebut.
“Orang bilang Putri Kraton Wetan. Disini putri pernah membuka lahan yang hingga kini masih ada bekasnya. Sekarang disebut dengan Den Ayu. Putri sendiri belum mengatakan siapa namanya. Makam keramat disini juga ada Mbah Dungkul dan Mbah Wot Watu. Mereka semua pendatang maka disebut dengan Kuwu,” ucapnya. (mam)