Perempuan warga Dukuh Keposan RT 02 RW 05 Kelurahan/Kecamata Kebumen, Kebumen, Jawa Tengah itupun harus keluar masuk rumah sakit untuk melakukan operasi.
Bahkan, anak pertama dari Desi Andriani (43) itu sudah sejak usia 2,5 bulan keluar masuk rumah sakit. Rasa sakit, sayatan pisau bedah dan ruang operasi sepertinya sudah menjadi rutinitas bagi Putri.
"Sejak kecil sudah sering keluar masuk rumah sakit. Bahkan sejak umur 10 bulan, dokter sudah mendiagnosis penyakit kaki gajah ini," papar Desi Andriani.
Desi menyampaikan, dokter menyarankan agar penyakit Kaki Gajah yang diderita Putri harus dioperasi. "Putri yang masih hitungan bulan belum kuat untuk menjalani operasi. Namun katanya operasi tetap merupakan keharusan. Akhinrya nunggu sampai umur 3 tahun," kata Desi sang ibu yang mengenang masa-masa kecil Putri yang penuh perjuangan.
Bagi Desi merawat anak yang sejak kecil memiliki kekurangan dengan penyakit kronis bukanlah suatu hal yang mudah. Belum lagi, Desi yang saat itu masih single parent ia harus rela izin dari tempat kerja untuk menunggui putrinya di rumah sakit. Dengan keterbatasan ekonomi, ia harus membawa anaknya keluar masuk rumah sakit dengan biaya yang tidak sedikit.
Ya, cobaan berat memang harus dialami keluarga Desi. Namun, kabar baiknya, mereka mendapatkan jaminan kesehatan dari pemerintah berupa Jamkesmas. "Alhamdulilah pengobatan sedikit terbantu pakai Jamkesmas yang sekarang jadi BPJS Kesehatan."
"Namun tetap ongkos transportasi juga tidak sedikit. Dulu kata dokter ada gangguan varises usus besar dan harus diangkat. Saat itu saya menolak. Resikonya saat dia (Putri) buang air besar terjadi pendarahan. Keluar darah segar dan harus keluar masuk rumah sakit untuk transfusi darah. Namun, alhamdulillah ada suatu keajaiban hingga varises usus besar itu sembuh total dengan sendirinya," cerita Desi
Namun, persoalan tak berhenti sampai di situ. Dengan kondisi kaki yang semakin membesar, Putri tak bisa mengenyam pendidikan seperti anak lain. Putri harus rela menempuh pendidikan hanya sampai kelas 4 SD. "Pernah sekolah sampai kelas 4 SD tapi karena sering tidak masuk karena dirawat di rumah sakit akhirnya putus sekolah," kata sang ibunda.
Di sisi lain Desi Andriani mengaku sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang peduli akan nasib anaknya. Seperti Komunitas Sedulur Kebumen yang pernah menggalang dana ntuk menolong penyakit kaki gajah Putri. Hasilnya, pada pertengahan bulan November 2021 Putri menjalani operasi kesekian kalinya di salah satu rumah sakit di Kota Solo.
"Terakhir operasi tanggal 16 November 2021, dan kontrol terakhir sekitar bulan April 2022, namun kondisinya masih tetap besar, namun alhamdulillah sekarang sudah bisa sedikit berjalan meski tidak bisa jauh, memang butuh perjuangan," kata sang ibu bersama Putri.
Di tempat yang sama, Fesillia Mayfiana Putri mengungkap, kondisinya saat ini sudah cukup membaik. Saat ini, cairan sering keluar dari kakinya yang membengkak besar. Keluarnya cairan protein itu membuat dirinya bisa berjalan.
"Jika cairan itu tidak keluar, suhu badan meningkat dan saya merasa demam dan sakit. Kalau cairannya keluar, saya bisa beraktifitas, bisa jalan ke tempat nenek, bahkan bisa mencuci baju," katanya.
Di usianya ke 20 tahun, Putri masih berharap dia bisa hidup normal seperti anak gadis lainnya, bisa berjalan normal dan mendapatkan pendidikan yang layak. "Sebenernya pengen untuk sekolah lagi, ya mungkin kejar paket, tapi kondisinya masih begini," ucapnya.
Saat ini Putri seharusnya masih membutuhkan kontrol rutin dikarenakan kondisi kakinya yang masih terus membesar. Terlebih, ada sejumlah kejadian dimana
jahitan bekas operasi jebol karena tak kuat menahan bengkak.
Namun dokter belum memberi kabar jadwal kontrol lanjutan. Disisi lain saat ini Putri terdaftar kartu BPJS Kesehatan mandiri. Kartu BPJS Kesehatan KIS dari pemerintah sempat terblokir dikarenakan dari datanya ia tidak masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). "Dulu waktu KKnya masih ikut mbahnya sempat kartu JKN KISnya terblokir, akhirnya didaftarkan BPJS Kesehatan mandiri," ungkap Desi.
Putri yang tinggal bersama ibu dan ketiga adik serta ayah sambungnya, menempati kontrakan rumah kecil sederhana di antara himpitan gang dan deru pusat kota Kebumen.
Hidup dengan kesenjangan sosial dan kondisinya serba keterbatasan, keluarga putri tidak mendapat bantuan PKH maupun bantuan permodalan dari pemerintah. Adik perempuan berumur 4 tahun dari ayah sambungnya juga mengalami gangguan sindrome. "Ini rumah ngontrak, penghasilan suami saya tidak menentu karena seorang sopir, adiknya putri yang paling kecil ini ada sindrome, ini umur 4 tahun belum bisa bicara dan kami berharap dari pemerintah ada bantuan permodalan usaha karena saya belum pernah dapat bantuan PKH," ujar Desi. (Fur)