(kebumenekspres.com) SEMARANG – Usaha keras memang tak pernah mengkhianati hasil. Kerja keras pelaku UMKM Tahu Bakso Udang Semarangan adalah satu di antaranya. Usaha kerasnya berbuah hasil, mulai dari berhasil membuat usahanya bertahan, dan berkembang, sampai mampu membayar utang dan berbagai kebutuhan hidup.
Cerita terbatasnya produksi tahu bakso, sang kepala keluarga jadi korban pemutusan hubungan kerja, sampai pada sulitnya memenuhi uang sekolah anak, adalah cerita sedih yang pernah mewarnai jalan usaha pemilik Tahu Bakso Udang Semarang.
Program Lapak Ganjar pun dilaluinya sebagai ikhtiar agar usaha yang ditekuni 2019 tetap bertahan, sehingga mampu menjadi sumber pendapatan keluarga di tengah Covid-19 yang membayang. Ikhtiar Gubernur Jateng Ganjar Pranowo itu pun benar-benar berbuah cerah pada usahanya.
Lapak Ganjar sendiri merupakan terobosan yang dilakukan Ganjar Pranowo dengan memanfaatkan jumlah pengikut (followers) di akun Instagramnya. Tujuannya, untuk membantu mendongkrak penjualan pelaku UMKM di wilayah Jawa Tengah.
Christina Agustine, pemilik usaha Tahu Bakso Udang Semarang, ini membeberkan sekilas perjalanan jatuh-bangkitnya menjalani wirausahanya. Sampai akhirnya, dia berhasil mengikuti program Lapak Ganjar.
“Saya coba-coba ikut mempromosikan tahu bakso udang (produk makanannya). Saya kirim foto saya, berupa foto produk saya. Tag pak Ganjar dan nomor WA (WhatsApps) saya, kemudian puji tuhan bisa di-repost di Lapak Ganjar,” ungkap perempuan dua buah hati, di tempat produksi usahanya, di Kaliwiru, Kota Semarang, Jumat (5/8/2022).
Benar saja, ikhtiar melalui akun sang gubernur dengan memanfaatkan pengikut (follower) di akun Instagramnya, pun berbuah manis. Mulai dari antusias yang meningkat sampai pada peningkatan produksi yang luar biasa.
“Ternyata, antusianya luar biasa setelah ikut Lapak Ganjar. Itu, permintaan produk saya yang biasanya hanya di seputaran Semarang, Alhamdulillah, sudah lumayan ramai. Setelah ikut Lapak Ganjar memang permintaan dari luar kota meningkat,” sambungnya.
Seperti bermunculan reseller produknya dari luar kota, macam Solo, dan Cilacap dan lainnya. Tidak hanya itu, permintaan pun bertambah dari luar kota seperti Yogyakarta, Pati, Kudus, Ungaran, Salatiga, Bekasi, Bandung Jabar, Jakarta, hingga Surabaya Jatim.
“Waktu saya tanya (para reseller dan pelanggan), tahu kalau ada tahu bakso udang dari mana? Ternyata dari program Lapak Ganjar itu,” tuturnya mengenang.
Dia mencontohkan peningkatan usahanya seperti adanya permintaan dari Solo dalam satu minggu mencapai sekitar 50 boks. Dari Cilacap juga bertambah. Semula hanya 10 boks per pekan, akhirnya menjadi 50-70 boks.
Perekonomian keluarga pun berangsur membaik setelah adanya peningkatan permintaan. Sebab, di masa pandemi, suaminya harus keluar dari pekerjaanya. Otomatis, keuangan keluarga jadi oleng. Mereka pun bahu-membahu menseriusi usaha tahu bakso dan memanfaatkan Lapak Ganjar.
“Ternyata dengan kami berdua menseriusi usaha ini dan ada program Lapak Ganjar ini, semua kebutuhan yang tadinya, bayar sekolah itu walaupun daring tetap harus terbayar, cicilan motor, listrik, segala macam itu kan setiap bulan, harus keluar ya. Lama-kelamaan itu tetap bisa teratasi, teratasi, teratasi,” ucapnya.
Sekilas tentang usaha tahu bakso udangnya, tutur Christina, bahwa dia mulai memproduksi membuat makanan tahu bakso udang sejak 2019.
“Saya ini membuat tahu bakso dengan isian baksonya dari daging udang segar pilihan atau bukan dari sari pati udang. Karena yang beredar selama ini adalah tahu bakso dari isian daging sapi dan ayam, makanya saya berinovasi untuk menciptakan tahu bakso yang isinya dari daging udang,” jelasnya.(rls/wil)