BANJARNEGARA - Seorang anak bajang atau rambut gimbal Dieng menarik perhatian Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo karena membuat permintaan sederhana sebelum dipotong rambutnya. Anak bajang bernama Dewani Alessandra (5) itu hanya meminta dua ekor meri atau anak bebek berwarna kuning sebagai syarat potong gimbal.
"Iya, permintaannya selalu unik, ada hanya sekadar minta es krim, ada yang juga minta anak bebek. Itulah imajinasi anak-anak yang kadang-kadang orangtua musti tahu apa yang ada, tidak selalu kemewahan," kata Ganjar usai mengikuti prosesi pemotongan rambut gimbal di kompleks Candi Arjuna, Sabtu (3/9/2022).
Dewani merupakan salah satu dari 15 anak bajang yang mengikuti prosesi potong rambut gimbal dalam rangkaian Dieng Culture Festival (DCF) 2022. Permintaan Dewani adalah yang paling sederhana di antara belasan anak bajang itu.
Di antara 14 anak lainnya ada yang meminta hadiah mandi salju di Transword Jakarta, sepeda motor mainan listrik dengan merek tertentu, handphone warna ping, handphone lima kamera, make up mainan, kulkas, atau delapan es krim centong.
"Permintaannya aneh-aneh, itulah imajinasi anak-anak dan itu cerminan bagaimana kita orangtua mencintai dan peduli anak-anak. Ada yang hanya sekadar minta es krim. Dulu bahkan ada yang minta penari terus penarinya dihadirkan untuk menari," kata Ganjar.
Ada juga yang meminta permintaan khusus tepat sebelum dipotong rambut gimbalnya. Seperti Adila Syifa Azzahra (6) tahun. Awalnya ia akan dipotong rambutnya oleh tamu undangan lain tetapi secara khusus ia meminta dipotong rambutnya oleh Ganjar Pranowo. Tidak hanya itu, usai dipotong Adila juga selalu ingin berdekatan dengan Ganjar.
"Kalau itu permintaan, kita kasih. Barangkali bisa membuat anaknya senang," ujar Ganjar menanggapi permintaan khusus Adila.
Sebelum mengawali pemotongan rambut gimbal, Ganjar juga memimpin kirab budaya yang diikuti oleh warga sekitar. Kirab itu dilakukan dari Kantor Kepala Desa Dieng Kulon hingga depan gerbang Candi Arjuna.
"Event yang sangat menarik dari setiap Dieng Culture Festival ya, ada orang yang berkesenian, ada pentas tradisional, ada yang modern termasuk musik modern, ada potong rambut gimbal dan ini menarik karena wisatawannya banyak," katanya.
Ia berharap tradisi-tradisi yang ada di dataran tinggi Dieng itu bisa terus dijaga dan dikembangkan. Selain melestarikan budaya, tradisi itu juga mengundang banyak wisatawan untuk datang ke Dieng.
"Sisi lain tradisi-tradisi ini kita kembangkan menjadi satu event yang menarik untuk wisatawan bisa datang. Alhamdulillah ini masuk tahun ketiga setelah pandemi kita bisa menyelenggarakan secara luring dan antusias masyarakat yang luar biasa. Mudah-mudahan tradisinya terus berjalan dan tadi ada lho yang berasal dari luar Jawa Tengah," kata Ganjar.
Adapun sebelum prosesi potong rambut gimbal, kelima belas anak bajang itu mengikuti prosesi jamasan terlebih dahulu. Prosesi itu dilaksanakan di kompleks Darmasala. Dalam prosesi itu, Siti Atikoh Ganjar Pranowo menjadi orang pertama yang diberikan kesempatan untuk menjamas dan mendoakan kelima belas anak bajang.
Siti Atikoh berharap belasan anak bajang yang dipotong rambut gimbalnya itu anak-anak bisa sehat dan di kemudian hari menjadi anak-anak yang berbakti kepada orangtua. Juga rambutnya bisa tumbuh normal lagi dan tidak sakit-sakitan.
"Katanya kalau kayak gitu agak pusing. Ini tradisi yang turun-temurun dan anak-anak yang berambut gimbal itu hanya tertentu, tidak semua anak atau bahkan salam satu keluarga. Tradisi ini harus kita lestarikan," katanya.
Penyelenggaraan tradisi potong rambut gimbal tahun ini juga menjadi rekor. Jumlah anak yang ikut tradisi merupakan yang terbanyak selama tradisi ini digelar. Berkat hal itu Museum Rekor Indonesia memberikan penghargaan untuk jumlah pemotongan rambut gimbal terbanyak.(rls/wil)