KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Migrant Care Kebumen menggelar workshop Pembentukan Kelembagaan Ekonomi Pra Koperasi. Kegiatan dilaksanakan di Hotel Candisari Karanganyar itu diikuti Pengurus atau Anggota Dampingan Migrant Care Kebumen, Kamis (20/10).
Kegiatan dilaksanakan guna meningkatkan pemahaman anggota terkait kelembagaan ekonomi pra-koperasi. Selain itu juga untuk eningkatkan kapasitas anggota dalam membentuk kelengkapan organisasi koperasi. Adanya workshop diharapkan mampu engoptimalkan kapasitas anggota UMKM Desbumi dalam pembentukan koperasi hingga terbentuknya koperasi purna pekerja migran.
Koordinator Migran Care Kebumen Syaiful Anas menyampaikan dewasa ini persaingan ekonomi sangat pesat. Masyarakat terus melakukan inovasi-inovasi baru untuk mengembangkan usaha mereka.
“Bentuk usaha baik secara perorangan maupun bersama dijalankan guna mencapai tujuan yang hendak dicapai. Sedangkan bentuk usaha yang memiliki kedudukan penting dalam sistem perekonomian di Indonesia yakni koperasi,” tuturnya.
Koperasi, lanjutnya, merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Asas kekeluargaan dapat tumbuh jika masyarakat sadar dan mengerti pentingnya hidup bersama layaknya keluarga.
Seperti Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) di Kebumen yang terdiri dari enam kelompok di enam desa pada tiga. Ini meliputi Kecamatan Klirong yakni Pandanlor, Tanggulangin, Tambakprogaten, Jogosimo. Selain itu.Petanahan yakni Karanggadung dan Puring yakni Krandegan.
Kelompok- kelompok tersebut telah menghasilkan produk berupa barang dan jasa yang dikerjakan oleh semua dan untuk semua. Ini dibawah pimpinan atau kepemilikan anggota-anggota purna pekerja migran.
“Hal tersebut sudah menjadi salah satu langkah untuk membentuk suatu koperasi. Karena koperasi dari kata cooperative yang artinya bersama,” katanya.
Koperasi memiliki karakteristik khusus ditinjau dari keanggotaannya yaitu anggota sebagai pemilik (owner) sekaligus anggota sebagai pengguna jasa koperasi (user). Ini lebih dikenal dengan prinsip “dual identity” anggota.
Agar koperasi dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya, maka “dual identity” anggota harus dilaksanakan dengan baik. Sifat ganda anggota tersebut terlihat pada kelembagaan koperasi.
Tantangan utama pra-koperasi pada Desbumi yakni persoalan yang menyangkut tata kehidupan koperasi berupa ketidakpahaman secara mendasar terhadap pemahaman nilai, prinsip serta kelembagaan koperasi.
Sebagaimana diketahui tatanan kelembagaan koperasi dalam garis besarnya yakni terdiri atas fungsi pengurus, fungsi pengawas, dan fungsi manajer serta karyawan koperasi.
“Dalam praktek yang berlangsung selama ini di Indonesia, pelaksanaan fungsi-fungsi pokok organisasi koperasi cenderung tumpang tindih. Agar tidak demikian maka itulah workshop terkait kelembagaan ekonomi (pra-koperasi) dilaksanakan,” ucapnya. (mam)