KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Sejumlah pengusaha tambak udang di Desa Tanggulangin Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen, mengusulkan beralih dari mesin diesel ke listrik PLN untuk operasional.
Usulan ini dilakukan untuk menekan biaya pengelolaan tambak udang yang semakin mahal serta terkendala pasokan BBM. Petambak berasalan, menggunakan listrik PLN jauh lebih hemat dibandingkan mesin diesel.
Anggota Paguyuban Tambak Pesisir Selatan Kebumen, Warijan mengatakan, selama ini dirinya bersama para petambak pesisir selatan kebumen masih terkendala dengan mahalnya operasional diesel berbahan bakar biosolar. Selain kesulitan dalam mendapatkan pasokan solar karena pembatasan, penggunaan listrik sebagai penggerak kincir dinilai lebih hemat hingga 50 persen.
"Sejak BBM naik dan ada pembatasan beli kami terkendala pasokan solar, juga kalau dihitung menggunakan diesel biayanya lebih mahal, sedangkan dengan listrik lebih bisa menghemat, maka dari itu kami sepakat untuk usul kepada pemerintah dan PLN untuk memperhatikan nasib kami agar listrik dapat sampai ke tambak kami," katanya ditemui Ekspres di lokasi tambak miliknya yang berada di sebelah selatan Sungai Lukulo.
Persoalan para petambak ini lantas ditindaklanjuti oleh DLHKP yang kemudian memfasilitasi pertemuan antara kedua belah pihak, yakni PLN dan para petambak kawasan selatan Sungai Lukulo. Pertemuan yang dihadiri DLHKP, PLN ULP Kebumen dan para petambak dan nelayan di gelar di lokasi wisata Heppi, Selasa (22/11/2022).
Kepala DLHKP Kabupaten Kebumen, Asep Nurdiana mengatakan, pihaknya menindaklanjuti adanya usulan dan aspirasi dari para petambak dan nelayan pesisir selatan kebumen. Dengan memfasilitasi dan mengkomunikasikan kepada PLN ULP Kebumen pihaknya siap membantu para petambak di wilayah Desa Tanggulangin Kecamatan Klirong yang mengelola tambak di selatan Sungai Lukulo.
"Hari ini kita memfasilitasi pertemuan antara para petambak dengan PLN, mendasari usulan masyarakat para petambak yang membutuhkan listrik sebagai kebutuhan operasional tambak di Desa Tanggulangin sebelah selatan sungai Lukulo, alhamdulilah PLN cukup responsif,' katanya.
Asep menjelaskan, keluhan para petambak di selatan Sungai Lukulo selama ini terbebani pada operasional tambak, dimana sekitar 100 petak tambak masih menggunakan peralatan kincir berpenggerak diesel. Disisi lain dengan kenaikan harga BBM dan pembatasan bahan bakar subsidi para petambak kesulitan mendapatkan pasokan BBM jenis solar.
"Tujuan kita, program pemerintah adalah untuk mensejahterakan masyarakat sesuai Visi Misi Bupati, terutama para petambak yang saat ini dinilai dengan operasional mesin diesel untuk menggerakan kincir ongkosnya lebih mahal dan mereka meminta untuk dibangun jaringan listrik menuju tambak," ujarnya.
Selain itu Asep berharap ketika listrik dapat dialirkan ke tambak maka petambak akan lebih hemat dan diharapkan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan.
"Setelah nanti terealisasi listrik masuk tambak diharapkan bisa meningkat kesejahteraan masyarakat dan mendongkrak ekonomi daerah, ketika para petambak sejahtera otomatis mereka menyelesaikan kewajiban kepada pemerintah daerah," katanya.
Sementara, Manager PLN ULP Kebumen, Harry Anggriawan mengatakan, pihaknya menyambut baik adanya usulan dan keinginan dari para petambak Desa Tanggulangin Kecamatan Klirong. Pihaknya siap mensupport kebutuhan listrik untuk para petambak dengan memenuhi kebutuhan listrik untuk tambak. Hal itu selaras dengan program PLN yakni program Dedieselisasi yang merupakan sebuah lompatan besar dalam pencapaian Net Zero Emission pada tahun 2060.
"Kami siap suport keinginan para petambak, ini selaras dengan program kami yakni Dediselisasi, dengan penggunaan listrik untuk kebutuhan tambak ini bisa lebih hemat," katanya.
Harry menjelaskan, pihaknya juga sudah mensurvei secara langsung lokasi dan kebutuhan listrik yang akan dialirkan ke lahan tambak di sebelah selatan sungai Lukulo. Ia menyebutkan ada sekitar 100 petak tambak dengan perkirakan daya yang dibutuhkan sekitar 550.000 Volt Ampere. "Kurang lebih kebutuhan untuk 100 tambak sekitar 550.000 VA dengan masing-masing per kolam 5500 VA," ujarnya.
Selain itu, dibandingkan genset berbahan bakar minyak, penggunaan listrik lebih efektif dan efisien. Dalam satu petak tambak, jika menggunakan solar bisa menghabiskan lebih dari Rp 3 juta/bulan. Jumlah itu belum termasuk penggantian oli dua kali dan suku cadang. Sedangkan jika menggunakan listrik PLN biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 1,5- Rp 1,7 juta. “Efisiensinya bisa mencapai 40-50 %,” ujar Harry usai mensurvei lokasi. (fur)