• Berita Terkini

    Rabu, 02 November 2022

    Warga Tambakrejo Lestarikan Tradisi "Gejubusan"


    BULUSPESANTREN (kebumenekspres.com)- Tradisi Gejubusan atau tradisi gotong-royong atau tolong-menolong saat seorang warga memiliki hajat, masih terus dilestarikan di Desa Tambakrejo Buluspesantren. Tradisi warisan leluhur tersebut, telah diwariskan turun-temurun sebagai salah satu kekayaan budaya, yang dimiliki desa tersebut. 

    Seperti halnya tradisi Gejubusan di Rumah Masduki warga Kewelutan Desa Tambakrejo yang akan memiliki hajat menikahkan anaknya. Banyak tetangga sekitar dan juga saudara berkumpul untuk membenahi rumah dan memasak untuk menyambut hari pernikahan. 


    Saat ditemui Masduki mengatakan, ini adalah pernikahan anak keduanya yang akan dilangsungkan beberapa waktu kedepan. Meski menurutnya acara akan berlangsung sederhana, namun para tetangga banyak yang datang untuk turut membantu. 


    Menurutnya hal tersebut sangat membantu, terlebih sebuah acara pernikahan diperlukan persiapan yang matang. Oleh karena itu pihaknya sangat bersyukur dengan adanya tradisi gejubusan yang masih berlangsung hingga kini. 


    Menurutnya, tradisi gejubusan harus terus dilestarikan, karena merupakan warisan leluhur dan bentuk gotong-royong masyarakat. Terlebih, di Desa Tambakrejo tersebut masih sangat kental akan budaya yang mengedepankan kemasyarakatan. 


    “Alhamdulillah banyak saudara dan tetangga yang membantu untuk persiapan pernikahan anak saya yang kedua,” tuturnya, Rabu (2/11/2022).


    Salah seorang masyarakat, yang turut menjadi Gejubus yakni Paidi mengatakan sudah terbiasa, menjadi Gejubus, ketika ada acara di masyarakat. Menurutnya, masyarakat yang turut Gejubusan tidak mementingkan materi yang didapat. Namun sebuah kebersamaan dengan gotong royong. 


    Biasanya, di Bulan Ba'da Mulud dalam tanggalan Islami banyak  masyarakat yang memiliki hajat. Ini baik menikahkan anaknya, sunatan ataupun yang lainnya. Tentunya, banyak masyarakat yang turut menjadi Gejubus, untuk membantu pemilik hajat. 


    Pihaknya berharap, agar tradisi Gejubusan tersebut bisa dipertahankan hingga anak cucu nanti. Karena ini, merupakan tradisi luhur dengan mengedepankan gorong royong di tengah masyarakat. 

    “Gejubusan adalah bentuk gotong-royong warga dan wujud persatuan dan kesatuan masyarakat, sehingga wajib untuk dipertahankan,” ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top