KEBUMEN(kebumenekspres.com)- Upaya Pemkab Kebumen membangun Shrimp Estate atau tambak Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) menarik perhatian Bupati Sukamara, Provinsi Kalimantan Tengah, Windu Subagio.
Windu Subagio merasa perlu datang ke Kebumen untuk belajar membangun Shrimp Estate. Tak mengherankan Bupati Sukamara ingin belajar di Kota ini. Kebumen menjadi kabupaten pertama di Indonesia yang memiliki kawasan budidaya udang modern yang dibangun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Kedatangannya disambut Bupati Kebumen Arif Sugiyanto di ruang kerjanya, kompleks Pendopo Kabumian, Rabu (1/1)
"Beliau ke sini mau liat Shrimp Estate seperti apa, karena di sana tambak udang yang dikelola masyarakat cukup luas, jadi beliau ingin tahu bagaimana sih untuk bisa membangun kawasan tambak udang modern," ujar Bupati Atif
Bupati Arif mengungkap, pihaknya sangat terbuka kepada siapapun yang ingin belajar atau studi banding mengenai pendirian Shrim Estate. Bahkan siap mendampingi kepala daerah lain untuk berkomunikasi dengan Kementerian KKP, karena pada prinsipnya Shrimp Estate dibangun untuk mensejahterakan masyarakat sekitar.
"Kita sangat terbuka kepada siapapun yang ingin belajar, seperti yang disampaikan Pak Menteri pada saat berkunjung ke Kebumen bulan kemarin, Shrimp Estate Kebumen memang dibangun sebagai bentuk percontohan nasional, bagaimana daerah bisa membangun kawasan tambak udang modern," terangnya.
Sementara itu, Windu menyampaikan terima kasih pihaknya sudah diterima langsung oleh Bupati Kebumen dan Wakil Bupati Ristawati Purwaningsih. Ia tertarik untuk belajar tentang Shrim Estate mengingat Sukamara termasuk kabupaten yang punya potensi kekayaan laut, dimana masyarakatnya banyak membudidaya udang.
"Jadi kami ke sini mau melihat langsung Shrimp Esatate seperti apa? Karena kan katanya Pak Menteri menjadi showcase nasional, bagaimana berbudidaya udang yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Mudah-mudahan kami diberikan kemudahan dan keberkahan," ucapnya.
Sejauh ini, pemerintah daerah baru memiliki tanah seluas 50 hektar. Sementara budidaya udang yang dikelola masyarakat kurang lebih 10 hektar. Pihaknya mengusahakan agar luas tanah untuk budidaya udang modern bisa terus bertambah. Paling tidak sama dengan Kebumen sebesar 100 hektar. "Insya Allah kita usahakan biar sama dengan Kebumen," tutur Windu.
Selama di Kebumen, Windu bersama rombongan tidak hanya mengujungi Shrimp Esatate, dan wisata pantai selatan, tapi juga berkunjung ke Kampung Batik, Tanuraksan. Bahkan, ia mengaku sudah mencicipi kuliner khas Kebumen, berupa Nasi Penggel dan Sate Ambal. (fur)