KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Sudah puluhan tahun area pesawahan di beberapa desa di Kecamatan Bonorowo tidak produktif, terutama pada Musim Tanam Pertama (MT1). Pasalnya kawasan pesawahan terus terendam air. Bukan hanya gagal panen saja, para petani juga sering kali menanam lebih dari tiga kali dalam satu musim tanam. Sebab bibit padi yang telah ditanam mati akibat terendam air.
Namun, kisah suram petani di wilayah tersebut, kini tidak lagi terjadi. Ini setelah dilaksanakan pengerukan sedimen atau normalisasi Sungai Silangsur yang merupakan drainase di kawasan pesawahan tersebut.
Pengerukan dilaksanakan adanya berkat usaha dan usulan dari salah satu Anggota DPRD Kebumen Tatag Sajoko, bekerjasama dengan Pemkab Kebumen dan 11 Kepala Desa di Kecamatan Bonorowo. Pengerukan dilakukan dengan kedalaman 1,5 meter sepanjangn 4.000 meter atau 4 kilometer di sepanjang Sungai Silangsur.
Adapun area pesawahan tersebut masuk dalam wilayah enam desa di Kecamatan Bonorowo yakni Rowosari, Pujidadi, Balurejo, Tlogorejo, Bonorowo dan Ngasinan.
“Ini merupakan hasil terbaik selama puluhan tahun. Selama 25 tahun saya menggarap sawah, MT1 tidak pernah sebaik ini,” tutur salah satu setempat Mujiono (81) warga Bonorowo.
Sebelumnya, area pesawahan itu, oleh warga disebut dengan istilah Bonorawan. Masyarakat menganggap kawasan itu, merupakan rawa atau daerah cekungan yang sulit ditanami pada pada MT1. Ini hanya bisa ditanam padi pada MT2 yakni pada musim kemarau. Namun kini tidak ada lagi istilah Bonorawan, setelah sawah normal.
“Namun hasilnya kini diluar dugaan. Kami sangat berterimakasih atas pengerukan yang dilakukan. Hasil panen sangat baik.Baru kali ini MT1 dapat seberhasil ini,” kata petani lainnya Slamet (81) berserta Istrinya yang juga warga Bonorowo.
Hal serupa juga disampaikan oleh Ketua RT 3 RW 1 Desa Balurejo Bonorowo Kasno (50). Pihaknya menegaskan selama ini pada MT1, penanaman dapat dilaksanakan hingga tiga kali. Selain itu hasil panen juga tidak maksimal. “Adanya normalisasi sangat berdampak positif. Air tidak lagi membanjiri area pesawahan, melainkan masuk ke drainase,” katanya.
Kondisi sawah yang telah produktif tersebut juga ditinjau langsung oleh Anggota DPRD Kebumen Tatag Sajoko dan Kepala Distapang Kebumen Teguh Yuliono. Hadir dalam kunjungan tersebut Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Agustin Isnaini Mujahidah Bonorowo dan tujuh Kepala Desa di Wilayah Kecamatan Bonorowo, Selasa (21/2/2023).
Dalam kesempatan itu, Kades Bonjokkidul Rubiman menyampaikan kini hasil panen dipastikan berhasil. Artinya hasil panen melimpah. Namun terdapat masalah lain yakni minimnya tenaga panen. Sebab saat sawah tidak produktif banyak masyarakat yang merantau ke Pulau Kalimantan.
“Untuk itu kami meminta bantuan kepada Pemkab Kebumen, dalam hal ini Kepala Distapang agar kami dibantu alat panen padi yakni Combine harvester. Dengan demikian maka panen dapat dilakukan dengan baik,” ungkapnya diamini semua petani dan kepala desa yang hadir.
Anggota DPRD Kebumen Tatag Sajoko menyampaikan selama ini sawah tersebut memang tidak produktif. Usulan upaya pengurukan pernah dilakukan namun tidak terealisasi. Setelah itu pihaknya mengusulkan untuk dilakukan normalisasi Sungai Silangsur.
“Pengerukan pertama dilaksanakan sepanjang 2.100 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Dana bantuan dari APBD Kebumen yakni Dinas PUPR Bidang SDA yang dimotori oleh Kepala UPT Pengairan berserta mantrinya. Namun dana belum mencukupi, akhirnya saya dan para kepala desa bergotong-royong atau patungan untuk membiayai pengerukan tersebut,” jelasnya.
Setelah pengerukan pertama dilakukan, kemudian dilanjut dengan pengerukan kedua pada akhir tahun 2022 sepanjang 1.900 meter. Dengan demikian pengerukan telah dilaksanakan sepanjang 4 kilometer.
Adanya pengerukan tersebut berdampak pada terangkatnya 276 hektar dari redaman banjir. Namun secara keseluruhan adanya pengerikan berdampak pada 360 hektar sawah yang terselamatkan. Ini tentunya sangat membantu para petani.
“Kami berterimakasih kepada Pemkab Kebumen dalam hal ini Bupati H Arif Sugiyanto yang telah memberikan bantuan. Kami juga berterimakasih kepada para kepala desa dan semua petani yang telah bersama-sama menyengkuyung normalisasi. Sehingga sawah dapat ditanami kembali,” paparnya.
Tatag juga menyampaikan normalnya sawah tersebut, jika dihitung dengan hasil panen yang wajar, dapat menghasilkan sekitar Rp 14, 257 miliar. Ini tentunya sangat membantu masyarakat sesuai dengan apa yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi yakni Gerakan Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi.
“Masyarakat telah bergotong-royong dengan semangat. Sudah selayaknya pemerintah memberikan dukungan. Permohonan bantuan Combine harvester untuk alat panen tentunya musti diupayakan,” harapnya.
Sementara itu Kepala Teguh Yuliono berterimakasih kepada para petani yang telah berupaya semaksimal mungkin untuk menggarap lahan pertaniannya. Ini tentunya akan membantu program ketahanan pangan yang dicanangkan pemerintah. “Hari ini kami sangat bahagia. Adapun permohonan bantuan yang diharapkan oileh petani tentunya akan kami usahakan,” ucapnya. (mam)