KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Sebuah terobosan menarik dilakukan Pemkab Kebumen. Kali ini, melalui DLHKP Kebumen yang berhasil mengelola sampah menjadi gas metana. Gas metana ini sangat membantu karena bisa dipergunakan untuk keperluan sehari-hari, khususnya memasak
Dalam hal ini, DLHKP mengolah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Kaligending, Kecamatan Karangsambung. Gas metana di TPA Kaligending ini dimanfaatkan menjadi bahan bakar rumah tangga ini sejak November 2022 lalu.
"Ini sebagai salah satu pencegahan dari bau yang ditimbulkan, sehingga pengolahan sampah di TPA Kaligending lebih optimal," ujar Kepala DLHKP Kebumen, Asep Nurdiana.
Sementara itu, Bupati Kebumen Arif Sugiyanto menyebut saat ini sudah ada 35 rumah di sekitar TPA Kaligending yang sudah menggunakan energi metana untuk keperluan dapur. Hal ini menjadi terobosan yang baik sebagai wujud kemandirian energi.
"Dari pengelolaan sampah di TPA Kaligending ini sudah ada 35 rumah yang menggunakan gas metana untuk keperluan dapur mereka. Jadi sudah tidak lagi menggunakan gas elpiji. Semua kita berikan gratis," ujar Bupati saat menghadiri Puncak Acara Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) di TPA Kaligending, Rabu (22/2)
Bupati menginginkan agar ini terus dikembangkan, sehingga lebih banyak lagi masyarakat di Kaligending bisa ikut merasakan adanya gas metana. Pihaknya mengupayakan bantuan CSR untuk penambahan alat agar bisa semakin berkembang.
"Ini yang mengelola masyarakat sendiri, jadi harus kita dorong agar jaringannya bisa semakin luas. Tentu harus dilengkapi dengan peralatan yang memadai. Kalau sementara ini, pemakaian masih dibatasi per tiga jam, karena energi yang dihasilkan juga belum banyak," katanya didampingi Kepala DLHKP Kebumen, Asep Nurdiana.
Sementara itu, Anjar (35) warga RT 05 RW 01 Desa Kaligending menyatakan, bahwa dirinya termasuk salah satu yang memakai gas metana untuk keperluan rumah tangganya. Ia sudah memanfaatkan gas metana selama empat bulan jalan.
"Kalau dulu sebelum ada gas metana, satu bulan saya bisa menghabiskan empat gas tabung melon. Tapi sekarang satu bulan hanya habisnya satu tabung gas melon. Alhamdulillah jadi lebih irit," tuturnya.
Menurutnya, kualitas api yang dihasilkan dari gas metana tidak jauh beda dengan gas elpiji. Warnanya tetap biru, tidak menimbulkan bau, dan energi panasnya sama-sama kuat. Anjar sangat bersyukur bisa mendapat bantuan jaringan gas metana.
"Alhamdulillah banget, yang pasti penggunaan gasnya lebih irit. Harapannya ya pemakaiannya tidak dibatasi. Karena saat ini masih dibatasi per tiga jam. Pagi sama sore," jelasnya. (fur)