KEBUMEN(kebumenekspres.com)- Berdasarkan hasil Survei Dinas yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen, angka stunting di Kebumen mengalami penurunan. Dari yang semula 14 persen kini menjadi 12 persen atau ada penurunan sebanyak 2 persen. Hal ini sekaligus mengoreksi angka penurunan sebelumnya yang disebut mencapai 4 persen.
"Dari hasil pembaharuan data yang kita lakukan, alhamdulillah penurunan angka stunting kita di angka 2% menjadi 12% dari sebelumnya 14%. Kita terus melakukan updating sehingga bisa disimpulkan sebagai data yang akurat," ujar Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten Kebumen Edi Rianto ditemui usai kegiatan Rembug Stunting bersama kades, camat dan stakeholder di Pendopo Kabumian, Kamis (16/3)
Edi, pejabat kelahiran Blora Jawa Tengah itu menyatakan, pemerintah terus memperbaharui data penurunan stunting secara berkala, sehingga bisa disimpulkan sebagai data yang valid.
Survei dinas, ujarnya, dinilai lebih komprehensif karena dilakukan secara menyeluruh. Yakni di semua desa dan kecamatan yang ada di Kebumen, melalui posyandu-posyandu yang tersedia. Kemudian, kesehatan bayi di cek secara keseluruhan, ditimbang dan diukur dengan alat memenuhi standar.
"Sementara survei yang lain dilakukan secara acak, hanya diambil sampling tidak menyeluruh, hanya di wilayah yang ditemukan kasus stunting terbanyak. Sedangkan survei dari dinas itu kita lakukan di semua desa," ucapnya.
Edi juga menegaskan bahwa survei yang dilakukan pemerintah sasarannya lebih jelas. Yakni, orang yang diduga kuat mengalami stunting. Kemudian terdaftar, mereka harus warga asli ber KTP Kebumen. Di luar itu, tidak masuk hitungan. "Sementara yang lain, kadang-kadang masih dihitung, meski bukan orang Kebumen," jelasnya.
Pemerintah, lanjut Edi, terus berupaya menurunkan angka stunting di Kebumen. Beberapa program telah disiapkan dengan merubah sistem atau pola-pola yang lama. Misalnya wilayah yang banyak terjadi stunting/kemiskinan, tidak lagi mendapat lebih banyak bantuan. Namun disesuaikan kebutuhan.
"Kalau dulu orang kan pemahamannya daerah mana yang banyak kantong kemiskinan atau stunting itu yang akan mendapat bantuan paling banyak. Sementara hasilnya masih tetap, karena mereka justru terus mengharapkan bantuan. Kalau sekarang sudah nggak bisa begitu," tutur Edi.
"Sekarang di balik, desa mana yang berhasil menurunkan angka stunting kita berikan bantuan lebih banyak. Bukan hanya vitamin, makanan, (sembako) dll, tapi infrastruktur juga kita kasih. Banyak bonusnya," tambah Edi.
Sementara daerah yang masih banyak ditemukan angka stunting maka bantuan yang diberikan sesuai kebutuhan. "Nantinya bentuknya program, sesuai kebutuhan, kalau butuhnya vitamin, makanan ya kita kasih vitamin, dan makanan, bukan dikasih jalan," jelas Edi.
Sejauh ini, kata Edi, daerah yang paling banyak ditemukan angka stunting adalah di Desa Rangkah, Kecamatan Buayan. Justru ini tidak terjadi di lima kecamatan yang disebut sebagai wilayah kemiskinan ekstrem di Kebumen, yakni Sadang, Sempor, Karangsambung, Karanggayam, dan Alian. "Kalau kita bicara logika, kan harusnya begitu ada di lima wilayah yang disebut menjadi kantong kemiskinan ekstrem. Tapi ini nggak. Jadi datanya kemungkinan ada yang salah. Bisa jadi Kebumen itu tidak miskin, tapi datanya yang tidak update," tandasnya. (fur)