DEMAK- Raden Mas Said atau Sunan Kalijaga memang memiliki banyak keistimewaan hingga akhirnya diberi tanah perdikan atau bebas pajak oleh Joko Tingkir, penguasa Kerajaan Pajang waktu itu. Semakin istimewa lagi karena cuma Sunan Kalijaga yang jadi saksi hidup mulai berdiri hingga runtuhnya Kerajaan Demak bahkan hingga Kerajaan Jipang dan Pajang, dua kerajaan penerus dinasti Demak.
Tentu keistimewaan yang Sunan Kalijaga peroleh itu tidak datang serta merta. Berbagai proses telah dilewati, baik intelektual maupun spiritual. Tapi terlepas dari dua faktor itu, hal paling mendasar yang membuat Sunan Kalijaga menjadi istimewa menurut Gubernur Jawa Tengah. Ganjar Pranowo adalah niat dan tekad untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
"Kita bisa menyimak sejarah bagaimana perjalanan Sunan Kalijaga di masa kecil, di masa muda sampai akhirnya menjadi penasehat raja beberapa masa. Bahwa semua orang bisa berubah menjadi lebih baik," kata Ganjar usai ziarah ke makam Sunan Kalijaga di Kadilangu Demak, Minggu (19/3).
Ganjar lantas berkisah proses Sunan Kalijaga berguru kepada Sunan Bonang. Mulai dari pengembaraan keilmuan hingga kewaliannya.
"Itulah yang menggerakkan hati Sunan Kalijaga sekaligus yang meneguhkan beliau bahwa hidup ini adalah sebuah proses," kata Ganjar.
Karena prinsip itulah, lanjut Ganjar, Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga bisa masuk ke semua kalangan. Mulai dari kalangan tertinggi di pemerintahan hingga masyarakat awam.
"Inilah cara yang bisa kita tauladani. Tidak menghadirkan sekat pribadi. Karena cara seperti itu terbukti menjadi jalan sukses Sunan Kalijaga bisa berdakwah dan diterima di mana saja," kata Ganjar.
Makam Sunan Kalijaga menjadi tempat ke tujuh yang diziarahi Ganjar Pranowo bersama istri, Siti Atikoh dalam rangkaian nyadran Walisongo. Sebelumnya Ganjar ziarah di makam Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Gresik dan Sunan Giri di Gresik.
Berlanjut ke makam Sunan Drajat di Lamongan, Sunan Bonang di Tuban, Raden Fatah dan raja-raja Demak. Setelah di makam Sunan Sunan Kalijaga, Ganjar berlanjut ke Makam Sunan Muria di Kudus kemudian ke Sunan Gunungjati di Cirebon lalu berakhir di makam kedua orangtuanya.(*/rls)