KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Kasus HIV-Aids di Kabupaten Kebumen bisa disebut sudah pada tahap mengkhawatirkan. Di tahun 2022 lalu, kasus HIV-Aids sudah mencapai 1.901. Dari sisi persebarannya malah lebih mengkhawatirkan lagi. Pasalnya, dari 1.901 jumlah kasus HIV-Aids itu terdapat pelajar dan mahasiswa.
Hal itu terungkap dalam kegiatan pelatihan pencegahan bahaya HIV dan kesehatan mental serta pendidikan seks tingkat SMP sederajat se Kabupaten Kebumen yang digelar Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Kebumen di Ruang Jembangan Hotel Grand Kolopaking Kebumen, Senin (20/3/2023)
Sekretaris KPA Kebumen sekaligus Kabag Kesra Setda Kebumen, Muhsinul Mubarok melalui Sub Koordinator Kesos Bagian Kesra Setda Kebumen, Siti Honimah, mengatakan tujuan pelatihan ini untuk memberikan gambaran kepada peserta tingginya perkembangan HIV-AIDS di Kabupaten Kebumen. Selain itu dengan edukasi ini memberikan pemahaman kepada anggota OSIS dan pembina OSIS mengenai materi pendidikan seks.
Terlebih, angka kasus HIV-Aids di Kabupaten Kebumen masih tergolong tinggi. Di tahun 2022 lalu, ujar Siti Honimah, kasus HIV-Aids sudah mencapai 1.901. Rinciannya, 831 kasus HIV dan 1070 kasus AIDS
Parahnya, kasus HIV sudah menyasar kalangan pelajar. "Di tahun 2022 di Kabupaten Kebumen ditemukan 12 kasus baru pada tingkat pelajar dan mahasiswa. Hal itu menambah jumlah akumulasi temuan kasus di tingkat pelajar dan mahasiswa menjadi 44 kasus," ujarnya
.Lebih jauh, Siti Honimah menjelaskan, temuan infeksi HIV dan kasus-kasus AIDS di Kabupaten Kebumen diibaratkan seperti teori gunung es dan belum dapat dipecahkan. Untuk menjangkau itu, diperlukan intervensi program secara menyeluruh pada semua sasaran terutama pada generasi muda, pelajar dan mahasiswa.
Oleh karena itu, penting bagi para pelajar atau generasi muda mengetahui bagaimana caranya mencegah HIV-aids. Pada banyak kasus, penyakit mematikan ini dipicu pergaulan bebas serta perilaku seks yang menyimpang
"Faktor utama penularan infeksi HIV pada pelajar atau mahasiswa ini disebabkan oleh perilaku seks sesama jenis (homoseksual). Hal ini menjadikan keprihatinan bersama mengingat banyaknya faktor yang melatarbelakangi adanya kelainan orientasi seksual yang dilakukan oleh pelajar. Maka diperlukannya peran serta seluruh elemen yang terlibat baik dari unsur keluarga, sekolah (siswa dan pendidik), masyarakat dan pemerintah," katanya.
Masih ujar Honimah, kelainan orientasi seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor perilaku seksual, diantaranya faktor lingkungan, genetik, dan faktor pengalaman psikologis dari masa kandungan hingga masa pubertas. Remaja yang usia nya 12-15 tahun merupakan remaja yang masih SMP, pada masa ini rasa ingin tahu remaja bergejolak dan salah satu rasa ingin tahu yang dialami siswa SMP adalah masalah seksual.
"Pelatihan bahaya HIV dan kesehatan mental ini setiap peserta diharapkan dapat mengedukasi siswa dan pendidik lainnya yang ada di lingkungannya masing-masing. Peserta diharapkan memasukan konten Cegah HIV pada kegiatan di lingkungan sekolah dan masyarakat.(fur)