• Berita Terkini

    Senin, 26 Juni 2023

    Belajar Sejarah Sembari Mengayuh Sepeda


    KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Belajar, membahas dan berbicara mengenai sejarah tidak harus di ruang kelas . Tetapi bisa juga dibicarakan dengan nuansa santai sembari berjalan kaki atau mengayuh sepeda. Ini seperti membicarakan jembatan, rumah, gedung, jalan dan peristiwa di Kota Kebumen. 


    Mengayuh sepeda bukan sekedar melihat keindahan alam atau mengalami perjumpaan dengan lingkungan yang berbeda. Kisah-kisah dan peristiwa dibalik bangunan tua dapat menjadi cerita sebagai bentuk edukasi sejarah


    Melihat sejarah dengan cara yang berbeda dan mengayuh sepeda dengan cita rasa yang tidak seperti biasanya. Inilah yang telah dilakukan dalam kegiatan bernama "Onthel Study Tour” (OST) 4 yang berlokasi di Gombong. 


    Ketua pelaksana kegiatan Agus Pamuji mengajak para anggota komunitas onthel dari berbagai kota untuk mengikuti kegiatan "Ngonthel" sekaligus "sinau" tentang sejarah beberapa bangunan tua era kolonial. Ini seperti Fort Cochius (kini bernama Benteng Van Der Wijck), Militair Hospital (sekarang bernama Djawatan Kesehatan Militer), Rumah Liem Siauw Lam (kini Rumah Martha Tilaar) dan serta Kerkhof alias Kuburan Belanda.


    Kegiatan OST sebelumnya dilaksanakan pada tahun 2019 di Yogyakarta, tahun 2020 di Bandung serta tahun 2022 di Semarang. Kegiatan dilaksanakan selama dua hari. Ini diawali dengan kegiatan edukasi sejarah dengan menghadirkan Teguh Hindarto dari Historical Study Trips.

    Sebagai narasumber pihaknya menyampaikan topik terkait Sejarah Gombong dan Fort Cochius dan Fahmi Saimima yang juga Ketua Umum OST menyampaikan materi terkait sejarah Sepeda Gazelle.


    Kegiatan hari kedua dilaksanakan dengan kunjungan ke beberapa lokasi yang sudah dipersiapkan. Ini sembari mengayuh sepeda onthel dari satu lokasi ke lokasi lain. Disetiap lokasi yang dituju dipandu oleh Teguh Hindarto yang memberikan narasi historis.


    “Peserta yang berasal dari berbagai daerah seperti Indramayu, Bekasi, Yogyakarta, Semarang dan Nganjuk. Peserta nampak puas dengan penjelasan narasumber dan kegiatan wisata sejarah tersebut,” tutur Teguh Hindarto.


    Disampaikannya, kegiatan semacam ini bisa menjadi rujukan bagi para guru sejarah untuk mendekatkan para siswanya dengan sejarah kotanya yang tersimpan dibalik sejumlah artefak dan bangunan kuno era kolonial. “Khususnya untuk dipahami dan dimengerti secara metodologis namun menyenangkan,” ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top