KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Terungkapnya kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kebumen, telah membuka mata semua pihak bahwa kasus tersebut masif terjadi dan merupakan kejahatan yang terstruktur.<(kebumenekspres.com)p>
Migrant Care Kebumen, mendorong Aparat Penegak Hukum (APH) untuk bisa mengusut tuntas. Ini tidak hanya berhenti di sponsorshipnya saja, melainkan juga aktor utama dibalik kasus tersebut.
Koordinator Migrant Care Kebumen Saiful Anas saat ditemui menuturkan tidak mungkin kasus tersebut hanya dijalankan oleh satu orang saja. Pastinya mereka memiliki jaringan untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang.
Aparat penegak hukum, diminta jangan hanya berhenti hanya di satu orang saja, pastinya ada jaringan yang lebih luas diatasnya.
Menurutnya, kasus yang baru terungkap oleh Polres Kebumen baru sebatas sponsornya saja. Masih ada dalang utama, atau pemegang modal yang mengendalikan tindak pidana tersebut.
"Kalau yang kemarin ditangkap dugaan saya hanya sponsornya saja. Dia hanya di bawahnya saja tapi Bosnya itu yang perlu di kejar terus, jangan kemudian berhenti di penangkapan satu orang itu yang di Mangunweni. Melainkan harus dikembangkan lagi ke jaringan jaringan lainnya," tuturnya, Rabu (14/6).
Dikatakan, dari pengalaman Migrant Care dalam pengungkapan kasus TPPO di beberapa tempat, banyak sekali pihak yang membekingi kasus tersebut. Namun, yang tertangkap hanya sponsor-sponsor saja, tidak kemudian membongkar aktor utama yang diatasnya.
Biasanya, tujuan dari kasus ini adalah Negara-negara Timur Tengah, Asia dan beberapa negara di Eropa. Ini seperti di Kanada dan juga Belanda. Terutama tujuan-tujuan negara bagi pekerja migrant. Karena TPPO ini sendiri sebenarnya tipis perbedaannya dengan pekerja migrant.
"Pengalaman kami mengungkap kasus di beberapa tempat itu, dulu masih di Jakarta itu banyak sekali bekingannya," katanya.
Lebih lanjut Anas mengatakan, ciri ciri dari TPPO ini biasanya mengiming-Imingi para korbannya dengan gaji besar dan proses yang cepat. Sehingga, para korban banyak yang tertarik, karena di Indonesia sendiri banyak yang butuh pekerjaan, karena sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri.
Kemudian, dengan keinginannya itu didukung ketidaktahuan para korban tentang TPPO, mereka gampang tertipu oleh jaringan tersebut. Tanpa ada pelatihan-pelatihan sebelum berangkat menjadi pekerja migrant di luar negeri.
Padahal, seperti yang kasus TPPO kemarin yang menjanjikan korbannya ke Jepang, seharusnya ada pelatihan semi militer, harus belajar bahasa asing juga. Selain itu, ada tes sebelum keberangkatan dan juga fisik dan mental harus dipersiapkan, tapi di kasus ini singkat tanpa ada pelatihan atau apa, hanya dijanjikan berani menyediakan uang bisa langsung berangkat.
"Kadang kan ini, iming-iming nya itu proses cepat, gaji besar. Ini memberi gambaran bahwa diluar negeri ada pekerjaan yang menggiurkan dengan gaji besar. Korban yabg tergiur dengan gampang dibohongi," ungkapnya.
Selain mendorong aparat, Migrant Care juga mengimbau kepada masyarakat untuk lebuh waspada dan berhati-hati. Cermat dan telaah setiap informasi yang ada. Dengan demikian dapat terhindar dari TPPO. (mam)