KEBUMEN(kebumenekspres.com)- Serabi merupakan salah satu kudapan tradisonal yang masih digemari oleh masyarakat hingga kini. Bahkan, banyak penjual makanan tersebut yang masih mempertahankan kearifan lokal saat berdagang.
Di Kebumen sendiri banyak ditemui pedagang kue serabi di pinggir-pinggir jalan. Prosesnya masih tetap menggunakan tungku kayu dan grabah dari tanah liat untuk memasak. Kebanyakan pembeli duduk di dekat pedagang sambil menunggu Kue serabi selesai dimasak.
Biasanya, serabi sendiri paling cocok dimakan untuk sarapan pagi. Ini karena, serabi terbuat dari tepung beras dan santan kelapa.
Salah satu penjual kue serabi Sanipah (60) di Desa Jatisari telah berjualan selama puluhan tahun. Pihaknya dan suaminya berdagang dan tetap mempertahankan menggunakan kayu bakar dan juga grabag dari tanah liat.
Pihaknya mengaku berjualan sejak pukul 05.00 WIB. Karena kudapan tersebut memang cocok sebagai sarapan. Menurutnya, para pembeli banyak yang berdatangan dari daerah sekitar. “Pembeli kalau ngantri ya disini dekat tungku,” tuturnya.
Salah seorang pembeli serabi Nurdin mengatakan membeli serabi untuk dimakan saat sarapan pagi. Menurutnya, serabi sangat cocok untuk dimakan berdampingan dengan minum kopi. Sehingga bisa lebih bersemangat menyambut aktifitas.
Pihaknya juga mengaku membeli serabi usai jalan-jalan pagi untuk berolahraga. Sembari menunggu serabi matang, pihaknya duduk di dekat tungku penjual. Sehingga, sekaligus untuk menghangatkan diri, di pagi yang dingin pada akhir akhir ini.
“Biasanya habis jalan jalan pagi sambil olahraga kecil, mampir kesini beli serabi buat sarapan, kali serabi khususnya di Kebumen rasanya dari dulu itu sama bentuknya pun sama, kadang ada sedikit gosong tapi tambah enak,” paparnya.
Serabi sendiri merupakan jajanan tradisional yang berasal dari Indonesia. Ini diperkirakan sudah ada dikenal sejak zaman Kerajaan Mataram. Serabi merupakan salah satu dari sekian banyak jenis jajanan yang dijajakan di halaman rumah pada saat pertunjukan Wayang Kulit di malam hari. (mam)