KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Setiap tempat pariwisata tentu memiliki daya tarik (attraction). Daya tarik tersebut bisa berupa landskap alam baik perbukitan pinus atau pantai berkarang. Selain itu bisa pula kepulauan yang indah dan masih banyak lagi.
Namun demikian "attraction" tidak harus berupa landskap alam. Melainkan dapat berupa masyarakat, kota, arsitektural/arkeologis dan heritage site atau lokasi warisan historis.
Dengan kata lain, sejumlah bangunan lama yang menyimpan kisah-kisah historis seperti stasiun, pabrik, jembatan, gereja, masjid, klenteng, rumah sakit dan lain sebagainya berpotensi menjadi daya tarik wisata. Ini yang disebut dengan wisata sejarah atau wisata heritage.
Jika menghilangkan bangunan-bangunan bernilai sejarah dan cagar budaya serta melakukan ketidakberadaban berupa vandalisasi, lantas masa lalu apa yang akan dijual?. Padahal tentunya semua sepakat bahwa Kebumen tidak ingin menjadi kota tanpa masa lalu tentunya
Bangunan-bangunan bersejarah dan masa lalu inilah yang diceritakan kembali oleh Teguh Hindarto dari Historical Study Trips saat memandu perkunjungan Sahabat Heritage Indonesia (SHI) yang berdomisili di Bandung. Mereka melaksanakan perjalanan di Kebumen untuk menyusuri beberapa bangunan tua selama dua hari yakni 15-16 Juli 2023 kemarin.
Teguh Hindarto menyampaikan hari pertama di Gombong yang dikunjungi yakni Rumah Martha Tilaar, Rokok Sintren, Fort Cochius atau sekarang bernama Benteng Van Der Wijck. Selain itu berkunjung ke Kerkhof atau kuburan Belanda serta Waduk Sempor.
Sedangkan Hari kedua di Kebumen meliputi Tobong genteng Sokka Aboengamar, Gedung eks Asisten Residen Kebumen yang sekarang menjadi kantor Bupati/Wakil Bupati Kebumen, Klenteng Kong Hwie Kiong, Friesche Kerk yang sekarang menjadi Gereja Kristen Jawa Kebumen. Selain itu juga eks Zending Ziekenhuis Pandjoeroeng yang juga eks RSUD Kebumen, eks Oliefabrieken Insulinde yang juga eks Mexolie dan Nabatiasa dan eks Makodim.
“Peserta merasa puas dengan kegiatan tersebut karena setiap lokasi yang dikunjungi diberikan narasi historis dengan baik sehingga peserta dapat memahami makna setiap bangunan yang masih tegak berdiri dari masa lalu hingga masa kini,” ucapnya. (mam)