• Berita Terkini

    Jumat, 15 September 2023

    Teknologi CSA Berhasil Genjot Produktivitas Padi


    KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Penerapan teknologi Climate Smart Agriculture (CSA) yang ramah lingkungan, tahan terhadap perubahan iklim, serta mampu mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) berhasil dan efektif meningkatkan produktivitas tanaman padi.


    Alhasil panen padi pun meningkat tajam. Hal ini berdampak besar pada keuntungan petani. Teknologi CSA diterapkan pada program Strategic Irrigation Modernization Urgent Project  (SIMURP) di Kementerian Pertanian. Proyek tersebut bersumber dari Loan Agreement antar Pemerintah Indonesia dengan World Bank (WB) dan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).


    Pengelolaannya pada lintas empat Kementerian dan Lembaga. Ini meliputu BAPPENAS, Kementerian PUPR, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pertanian yang bersinergi dari pusat hingga daerah. 

    Adapun tujuan utama proyek SIMURP yakni meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Ini menerapkan pertanian yang cerdas iklim yang berkelanjutan dengan penerapan teknologi CSA yang ramah lingkungan. 

    Petani penerima manfaat program SIMURP khususnya di wilayah Kecamatan Pejagoan sangat bangga dengan hasil panen padi yang meningkat signifikan. Hasilnya jelas berbeda antara penerapan teknologi berbasis CSA dengan tanpa menerapkan CSA atau Non CSA.

    Ini sudah terbukti dari hasil panen raya Farmer Field Day (FFD) demplot padi berbasis teknologi CSA di Kelompok Tani Rahayu Desa Kuwayuhan Pejagoan, baru-baru ini.

    Panen raya tersebut juga dihadiri oleh Pejabat Struktural Dinas Pertanian dan Pangan Kebumen, Camat Pejagoan, Danramil Pejagoan, Kapolsek, dan Ka UPT Pengairan (DPURR) Pejagoan, serta diikuti oleh seluruh perwakilan kelompok tani SIMURP se-Kecamatan Pejagoan. 

    Penyuluh BPP Pejagoan Hikmah Agustin SP MM menyampaikan hasil ubinan lokasi demplot Teknologi CSA dengan ukuran 2,5 meter x 2,5 meter  diperoleh gabah seberat 4,9 kilogram, atau produktivitas sebesar 78,4 kuintal perhektar Gabah Kering Panen (GKP). 

    “Hasil produktivitas tahun ini meningkat 16 kuintal perhektar bila dibanding tahun lalu dimusim tanam (MT) yang sama. Sedangkan hasil panen padi Non CSA dengan mengambil sampel di wilayah yang sama, diperoleh hasil 62,4 kuintal perhektar GKP,” tuturnya.

    Berdasarkan perhitungan tersebut, lanjut Hikmah, terlihat selisih angka produktivitas (kuantitas) yang menguntungkan secara finansial atau pendapatan bagi petani dengan menerapkan teknologi CSA dibandingkan dengan NON CSA. 

    “Selain keuntungan secara kuantitas panen padi, juga adanya harapan keuntungan panen komoditas kacang hijau. Sehingga pencapaian Indeks Pertanaman (IP) bisa mencapai 300,” katanya.

    Disampaikan pula, keuntungan secara kualitas juga meningkat yaitu bulir padi yang dihasilkan lebih sehat, budidaya pertanian yang ramah lingkungan. Teknologi CSA juga menerapkan pengairan basah-kering (AWD) yang sangat hemat air. Sedangkan pengendalian OPT dengan musuh alami yakni burung hantu Tyto alba. Ini sebagai pengendali hama tikus. Sedangkan pengendalian penyakit tanaman dilakukan dengan mengapilikasikan Pupuk Organik atau Hayati (POC/POH). Pestisida Nabati serta Refugia sebagai agen hayati yang bernilai aestetik.

    “Teknologi CSA sangat direkomendasikan untuk budidaya pertanian organik yang berkelanjutan,” ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top