KEBUMEN (kebumenekspres.com)- BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara menggelar Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG) di Kecamatan Puring, Sabtu (29/9)- Minggu (1/10). Para peserta SLG diajak mensimulasikan gempa 8,7 SK hingga mereka berlari menyusuri jalur evakuasi.
Hadir dalam SLG ini, Kepala BMKG Pusat, DPR RI Dapil 7, Kepala BPBD Kebumen, dan pihak terkait.
Kepala BMKG RI Prof Ir Dwikorita Karnawati MSc PhD mengatakan, dalam kesiapsiagaan bencana, pihaknya belajar dari Jepang. Di mana masyarakat Jepang yang selamat dari gempa dan tsunami, 95% karena berusaha menyelamatkan dirinya sendiri, atau ditolong keluarga maupun lingkungannya.
“Sedangkan yang diselamatkan pemerintah (SAR dan BNPB) hanya 5%,” kata Dwikorita Karnawati saat membuka kegiatan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami tahun 2023 di Gedung Serbaguna Mulya Abadi Desa Tambakmulyo Kecamatan Puring, Sabtu 30 September 2023.
Menurutnya, kegiatan sekolah lapang gempa (SLG) yang diikuti 50 peserta dari berbagai unsur masyarakat ini berdasarkan hasil pemetaan dan pencocokan data monitoring kegempaan, di mana pesisir selatan Jawa teridentifikasi memiliki potensi gempa bumi dengan magnitudo 8,7.
“Kita bicara untuk persiapan, sehingga standarnya adalah skenario yang terburuk. Bukan berarti itu akan terjadi. Ini hanya kesiapan. Sehingga Desa Tambakmulyo atau pesisir selatan Jawa Tengah disiapkan untuk menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami,” lanjut mantan rektor UGM periode 2014-2017 tersebut.
Selain itu, pihaknya juga dipacu dengan program Unesco bahwa pada 2027 dicanangkan 100% masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana terutama tsunami, harus sudah siap siaga agar mereka selamat. Untuk mengejar 100% tersebut, maka BMKG tidak pilih-pilih lokasi pelatihan.
Anggota DPR RI asal Banjarnegara, Lasmi Indaryani mengatakan, Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami yang diadakan BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara merupakan program kerjasama dengan Komisi V DPR RI dan berlangsung selama 2 hari, Sabtu 30 September 2023 hingga Minggu 1 Oktober 2023.
“Saya berharap program ini bermanfaat bagi masyarakat, khususnya untuk menambah kapasitas mengenai pengurangan risiko bencana yaitu gempa bumi dan tsunami. Semoga masyarakat lebih siap siaga dan tahu langkah ala saja yang harus dilakukan ketika terjadi bencana,” kata Lasmi Indaryani.
Sementara itu Bupati Kebumen H Arif Sugiyanto SH MH melalui, Kepala Pelaksana BPBD Kebumen Haryono Wahyudi dalam sambutannya mengatakan bahwa berdasarkan data BMKG, Kebumen dekat dengan sumber gempa. Namun hal tersebut jangan disikapi dengan rasa takut berlebihan, melainkan dengan upaya mengurangi dampak yang ditimbulkan salah satunya melalui pelatihan.
“Pemerintah dan masyarakat Kebumen beruntung mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat dengan adanya SLG ini. Pelatihan ini membangun kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana,” kata bupati dalam sambutannya yang dibacakan Kalak BPBD Kebumen.
Selain itu, Haryono Wahyudi memperjelas bahwa di Kebumen sudah ada 23 EWS (Early Warning System) yang tersebar di 15 desa di pesisir pantai Kebumen.
“Kita harapkan dengan adanya EWS ini bisa kita sinkronkan termasuk dengan adanya sekolah lapang gempa dan tsunami ini, sehingga nilai manfaat EWS lebih maksimal. Kalau dulu hanya dengan EWS, orang tidak tahu mau ke mana ketika ada gempa dan tsunami, dengan adanya sekolah lapang gempa bumi dan tsunami ini, mereka akan tahu apa yg dilakukan ketika EWS berbunyi,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kebumen tersebut.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara Hery Susanto Wibowo melalui Haryanta selaku Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) bersyukur bahwa kegiatan SLG yang berlangsung selama dua hari berjalan lancar.
“Walaupun kita sudah mendapatkan ilmu dari kegiatan SLG, mudah-mudahan ini hanya sebatas kesiapsiagaan, bukan untuk dilaksanakan menjadi operasi,” kata Haryanta.
Sebelum penutupan pada hari kedua, SLG ini juga dilakukan kegiatan susur jalur evakuasi yang dimulai dari objek wisata Pantai Kembar Terpadu, panitia dan peserta terlebih dahulu mengikuti upacara Hari Kesaktian Pancasila di lapangan Balai Desa Tambakmulyo Kecamatan Puring.
Pada kesempatan itu, disimulasikan terjadi gempa dengan magnitudo 8,7 lalu masyarakat merespon dengan posisi melindungi diri ketika terjadi gempa, selanjutnya mulai evakuasi ke titik kumpul sementara. Peserta SLG berjalan kaki menyusuri jalur evakuasi dengan memperhatikan rambu-rambu atau petunjuk arah evakuasi yang terdapat di beberapa titik. Selain itu, peserta juga dipacu dengan waktu untuk sampai di titik evakuasi sementara agar tidak terkena terjangan gelombang tsunami.
“Pada simulasi tersebut, pengunjung yang sedang berwisata di Pantai Kembar Terpadu ikut menyaksikan aktifitas peserta SLG ketika berjongkok, melindungi kepala, menjauhi pohon, dan berlari,” katanya didampingi Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Suci Dewi Anugrah.
Ia menambahkan bahwa selain kegiatan SLG yang menyasar di pesisir selatan Jawa, mereka juga memiliki program BMKG Goes to School. Yang sebelumnya telah dilaksanakan di SMK Negeri 1 Puring, SMP Negeri 1 Puring, dan SD Negeri Tambakmulyo. (fur)