KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Hiu Tutul berukuran 5 meter dan mati terdampar di Pantai Lumut Desa Sidoharjo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen, Minggu (12/11/2023) sekitar pukul 05.00 WIB. Terdamparnya Hiu Tutul di Pantai Lumut ini menambah angka ikan laut yang dilindungi ini terdampar di Pesisir Selatan Kabupaten Kebumen.
"Tau-tau ikan sudah menepi, nelayan dan warga sempat membantu mendorong kembali ke tengah namun ikan sudah lemas dan nggak bisa berenang," kata Khudori kepada Ekspres di lokasi.
Khudori menyebutkan, ia tidak mengetahui secara pasti penyebab ikan hiu tutul ini terdampar. Hanya ditemukan di bagian sirip punggung ditemukan beberapa luka bekas robekan. Luka itu diduga ikan terkena baling baling kapal kecil.
"Ada beberapa luka sayatan di sirip punggung, mungkin terkena baling-baling kapal kecil, ikan hiu ini biasanya berenang mendekati perahu dikarenakan memburu ikan kecil," jelasnya.
Proses evakuasi Hiu Tutul ini berjalan lama, dibutuhkan alat berat untuk menarik dan mengubur bangkai ikan yang masuk dalam kategori dilindungi. Sekitar pukul 12.30 WIB Tim hewan dari Distapang dan DLHKP Kebumen serta Tim Kedokteran dari UGM sampai di lokasi. Sebelum dikuburkan, bangkai hiu tutul panjang 5 meter ini dibuka bedan dan dipotong beberapa bagian organ dalamnya untuk diperiksa lebih lanjut terkait penyebab kematiannya.
Dokter Fakultas Kedokteran Hewan UGM, dr Slamet Rahardjo, mengatakan terdamparnya ikan Hiu Tutul di Pantai Lumut Kebumen ini menambah tingginya grafik hewan laut dilindungi yang terdampar di garis pantai selatan jawa. Pada periode tahun 2023 ini tercatat lebih dari 10 ekor Hiu Tutul yang mati terdampar di pesisir selatan.
Pihaknya membedah perut Hiu Tutul yang sudah mati di Pantai Lumut dan diambil sampel dari 8 organ tubuh untuk diteliti. Organ yang diambil diantaranya, bagian insang, hati, usus, lambung, pankreas, hingga kotoran dan makanan yang sudah dicerna dalam perut ikan ini.
"Dalam tahun 2023 ini fasenya sangat tinggi di selatan pulau jawa periode bulan Januari sampai awal November sudah lebih dari 10 kasus, terbanyak dalam satu bulan ini kita menangani 6 kasus di Kebumen, Bantul dan Kulonprogo. Untuk di Kebumen sendiri di tahun 2023 ini merupakan yang ke 6 dan jumlah total di kebumen laporanya ada 8 kasus," kata dr Slamet yang sekaligus tim Kedokteran Departemen Ilmu Penyakit Dalam UGM tergabung dalam relawan satwa laut mamalia laut terdampar.
dr Slamet Raharjo menjelaskan, tingginya kasus hiu terdampar di selatan Jawa ia bisa disebut sebagai extraordinary. Menurutnya ada beberapa faktor penyebab terdampar dan matinya ikan Hiu Tutul, diantaranya cuaca ekstrim hingga memakan makanan yang mengandung racun.
"Ini bisa disebut extraordinary, dari beberapa kasus yang kita observasi, 99 persen yang kita buka itu perubahan utama ada di hati dan lambung, ada pembesaran hati, juga makanan di lambung masih segar disertai dengan darah, kalau dilihat makanannya masih segar, dimungkinkan beberapa hari hewan ini normal, bisa jadi hewan ini memakan makanan yang tercemar sesuatu atau racun. Racun ini yang membuat dinding lambung hingga terjadi pendarahan lambung, sehingga membuat ikan droop tidak mampu berenang melawan arus hingga berenang ke perairan dangkal hingga dan terkena baling baling kapal karena ada bekas luka di bagian sirip," paparnya.
Lebih jauh, dr Slamet menjelaskan, pihaknya belum bisa memastikan soal racun apa yang mencemari di sekitar di perairan pesisir selatan. Menurut dugaannya, ada racun-racun yang mengapung di laut, ada kemungkinan limbah kimiawi seperti tumpahan minyak.
"Kami belum bisa meyakinkan racun apa yang membuat hewan ini mati, bisa jadi karena tumpahan minyak atau lainnya, karena di sekitaran garis pantai selatan jawa ini marak tambak udang yang belum memiliki sistem pengolahan limbah dan air kolam tambak dibuang begitu saja ke laut dan termakan oleh ikan, sedangkan bahan makanan untuk udang tambak ini adalah pelet dengan kadar protein hampir 40 persen, tentu ini membuat residu dalam bentuk Amoniak dalam jumlah besar, atau Ureum, Nitrat / Nitrit (NO2) yang konsentrasinya sangat tinggi," jelasnya.
Selain itu, beberapa waktu lalu dua ekor Hiu Tutul juga mati dan terdampar di Pantai Cemara Sewu Petanahan dan di Pantai Desa Waluyorejo Kecamatan Puring. Ikan Hiu berukuran 6 meter dan 6,6 meter itu terdampar bersama dalam waktu satu hari pada Selasa 31 Oktober 2023 kemarin.
Saking seringnya terjadi kasus, fenomena terdamparnya hiu tutul di pantai selatan menimbulkan banyak pertanyaan. Terdamparnya Hiu tutul atau hiu paus juga menjadi tontonan warga, bahkan mereka sengaja datang dari kota hanya untuk melihat bangkai hiu yang mati.
Di balik fenomena terdamparnya hewan laut ke pantai muncul banyak pertanyaan yang belum terjawab. Bahkan di sebagian masyarakat berkembang mitos. Antara lain menyebutkan bahwa fenomena itu menjadi penanda datangnya musim kemarau yang panjang. Mitos lainnya menyebutkan bahwa terdamparnya hiu tutul menjadi penanda segera datangnya musim panen ikan. (fur)