KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Sejak pertama dibangun, Embung Giritirto, di Desa Giritirto, Kecamatan Karanggayam sampai saat ini belum bisa difungsikan karena mengalami kerusakan yang cukup parah. Embung ini terlihat mangkrak begitu saja, tanpa ada penanganan.
Kerusakan terlihat dengan adanya retakan dinding embung. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya semak belukar yang menutupi pagar-pagar embung. Hal ini tentunya membuat masyarakat sekitar merasa prihatin, mereka menyayangkan, embung yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk pertanian warga, justru mangkrak begitu saja.
"Ya kita sangat menyayangkan Embung Giritirto sejak dibangun sampai saat ini belum bisa dipakai, padahal kebutuhan air untuk pertanian warga mengharapkan dari embung ini, tapi kenyataanya memang tidak bisa difungsikan," ujar Maslam warga setempat saat ditemui di lokasi Embung, Selasa 16 Januari 2024.
Dengan adanya kerusakan ini, warga merasa dirugikan, karena lahan pertanian pada saat musim kemarau sangat kekurangan air. Seperti halnya pada musim kemarau yang cukup panjang, banyak lahan pertanian gagal panen, karena kekurangan air.
"Kemarin kita juga minta bantuan BPBD untuk droping air, dikasih beberapa tangki saja masih kurang, karena banyak warga yang membutuhkan. Jadi benar-benar saat-saat kemarau kita butuh air untuk lahan pertanian," ujarnya.
Terlebih, kata Maslam, mayoritas warga di Giritirto mereka adalah petani. Sehingga pasokan air menjadi kebutuhan utama. "Ketika embung ini rusak, kami sangat kecewa. Tadinya kan harapan masyarakat ketika embung ini jadi, bisa dimanfaatkan untuk pengairan lahan pertanian, tapi ternyata tidak," sesalnya.
Maslam dan warga yang lain pun berharap agar embung ini bisa diperbaiki.
Sementara itu, Kepala Desa Giritirto Sugito mengatakan, embung ini pertama kali dibangun pada 2018, namun tidak selesai. Penyedia jasa tidak sanggup, dan tidak bisa dibayarkan. Kemudian pembangunan dilanjutkan pada 2020, dan selesai 2021, sampai sekarang belum berfungsi. "Embung ini belum diserahkan, tapi sekarang kondisinya sudah rusak,"ujar Kades Sugito.
Ia menuturkan, saat embung sudah jadi 100 persen, dan belum diserahkan ke pemerintah oleh penyedia jasa, terjadi hujan yang sangat lebat, hingga akhirnya embung mengalami kerusakan. Kemudian lanjutnya, embung sempat diperbaiki, namun terkena hujan lagi, beberapa bangunan disebut ada yang longsor. "Terus akhirnya ini merambah kemana-kemana, sampai jalan menuju ke embung ini juga ada yang terputus. Aksesnya sulit dilalui," terang kades.
Embung ini menurutnya, diperuntukan untuk lahan pertanian, air bersih warga, dan untuk wisata. Namun sampai saat ini belum bisa dimanfaatkan. "Padahal harapan masyarakat bisa digunakan, karena masyarakat membutuhkan pasokan air, apalagi saat musim kemarau," tuturnya.
Kades Sugito menuturkan, tim ahli dari UGM juga pernah datang ke lokasi untuk meneliti apa yang menjadi penyebab dari kerusakan embung, apakah karena faktor alam atau karena faktor lain. Hasilnya jika ingin membangun kembali embung, maka perlu dikaji ulang.
"Kalau dibangun seperti ini lagi, kayaknya tidak memungkinkan karena di bawah memberaan ini muncul mata air. Jadi setelah memberan ini terisi air, sumber mata air di bawah ini mencari celah, sehingga disebut tidak memungkinkan untuk dibangun," tukasnya.
Diketahui Embung Giritirto pertama kali dibangun pada 2018. Namun gagal, tidak dibayarkan. Kemudian 2019 pembangunan Embung Giritirto direncanakan kembali, 2020 dianggarkan dan 2021 dilaksanakan pembangunan dengan pagu anggaran APBD sebesar Rp 2,5 miliar.
Dari anggaran tersebut lelang dimenangkan oleh CV Assa Engineering dengan nilai kontrak sebesar Rp 2,42 miliar. Penyedia jasa tersebut berbeda dengan yang mengerjakan tahun 2018. (A/S)