• Berita Terkini

    Kamis, 11 Januari 2024

    Terpencil Tak Halangi Desa Penimbun untuk Maju dan Berkembang


    KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Masih tingginya kemiskinan di daerah terutama di wilayah terpencil yang jauh dari sentuhan bantuan pemerintah, tentu tidak hanya menjadi tanggungjawab sepihak. Dibutuhkan adanya kolaborasi antara pemerintah pusat dan aparatur desa.

    Hal inilah yang membuat inovasi dan ide kreatif dari kepala desa sangat dibutuhkan untuk memajukan desanya. Seperti Desa Penimbun Karanggayam. Letaknya yang berada di sebelah Utara Kebumen, berada di wilayah pegunungan nan jauh dari perkotaan. Saat memasuki Desa Penimbun kita akan melihat sebuah desa berkembang, jauh dari kata tertinggal.

    Dengan jumlah penduduk 2.549 jiwa, 749 Kepala Keluarga (KK), kehidupan warga masyarakat Desa Penimbun sudah terlihat maju. Jalan-jalan yang menghubungkan antar lingkungan hampir semua sudah beraspal, bahkan tak sedikit yang menggunakan rabat beton. 

    Seperti yang terlihat di Dukuh Prapatan RT 3 RW 3, jalan desa sepanjang hampir 1 Kilometer sudah selesai dibangun berupa rabat beton yang bersumber dari Dana Desa (DD). Jalan ini menghubungkan tiga desa yaitu Desa Ginandong, Kalirejo dan Desa Kenteng Kecamatan Sempor, 

    "Alhamdulillah kini pembangunan jalan di Desa Penimbun terus dilakukan yang berimbas pada kemudahan distribusi barang serta distribusi orang yang akan meningkatkan aktifitas ekonomi warga,” ungkap Maryudi salah seorang warga. 

    Sejak tahun 2021 pasca Covid-19 Pemdes yang dipimpin Saijan selaku Kepala Desa Penimbun, pemerataan pembangunan infrastruktur jalan yang menghubungkan antar wilayah terus dilakukan. 

    Akses jalan yang mudah dilalui tentu saja akan berdampak pada perbaikan taraf kehidupan ekonomi masyarakat dari berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan dan pertanian. 

    Tak hanya pembangunan infrastruktur jalan desa, Pemerintah Desa Penimbun saat ini juga sudah berhasil membangun kantor desa menjadi lebih baik dan bagus. Pemindahan kantor desa ini dilakukan karena kantor desa lama sudah tidak layak untuk pelayanan kepada masyarakat. 

    Kepala Desa Penimbun Saijan juga sangat menjaga dan melestarikan budaya leluhur. Ini dibuktikan dengan pembangunan area Cagar Budaya Kuwu Batur. Lokasi Kuwu Batur dipercaya warga sebagai lokasi cikal bakal berdirinya Desa Penimbun. 

    “Ini merupakan sebuah petilasan yang dipercaya warga sini sebagai petilasan Wali, tapi tidak tau siapa. Cerita turun temurun leluhur disini dulu mau dibangun sebuah masjid tapi tidak selesai. Dulu itu namanya Tenimbun, berjalannya waktu berubah menjadi Penimbun," jelas Marikin (72) sesepuh Desa Penimbun kepada wartawan, Kamis (11/1). 

    Desa Penimbun juga memiliki Embung Das Kalong di Dusun Jonggol, dibangun tahun 2013. Diresmikan saat itu oleh Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo.

    Dengan adanya potensi yang besar ini, tentunya akan dapat menjadikan Desa Penimbun semakin berkembang maju. Terlebih sudah ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Kebijakan pemerintah desa dalam pembangunan ini jelas tujuannya adalah untuk membuka ketertinggalan. 

    “Alhamdulilah, dalam upaya meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan warga, selain menggunakan dana desa kami juga bersinergi dengan berbagai pihak dan telah berupaya semaksimal mungkin untuk mendongkrak pembangunan terutama di bidang infrastruktur," terang Kepala Desa Penimbun Saijan.

    Namun demikian, diakui Saijan dengan wilayah yang luas, biaya pembangunan infrastruktur yang besar dan ketersediaan anggaran mengakibatkan pembangunan yang dilakukan belum merata. 

    “Saya akui pembangunan belum merata mas, untuk itu diperlukan penentuan skala prioritas terhadap rencana pembangunan infrastruktur.  Penentuan prioritas pembangunan infrastruktur harus diambil dengan pertimbangan dan musyawarah desa, fakta kondisi lapangan, kemanfaatan, dan dampak positif lainnya dari sebuah infrastruktur,” tambahnya. 

    Saijan menyampaikan selama dirinya menjadi kepala desa, ia ingin memberikan pembangunan yang adil dan merata. Meski pemerintah desa mengakui kesulitan dalam mewujudkan infrastruktur desa yang baik, sebab anggaran ADD atau DD tidak bisa membiayai pembangunan infrastruktur di desa secara keseluruhan.

    “Meskipun perlu waktu lama untuk bisa membuat infrastuktur di seluruh desa itu bagus. Saat ini warga sedang membuat pintu gerbang masuk desa, kanan kirinya pake batu besar, 8-9 ton berat batunya ngambil di Kali Kalong. Dibantu dengan gotong royong dan kebersamaan warga, lama-lama kita pasti menikmati indahnya hidup di desa dengan infrastruktur yang bagus,” pungkasnya. 

    Ketika seluruh infrastruktur di desa sudah bagus, kata Saijan, anggaran desa bisa di geser ke pemberdayaan masyarakat dan permodalan pelaku UMKM. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top