Memang ini adalah bukan pertama kali berwisata ke Waduk Sempor (Sempor Dam), tetapi sudah yang ke sekian kali. Letaknya yang strategis, hanya berjarak 6,1 km dari pusat Kota Gombong telah membuat para wisatawan sangat mudah menjangkau untuk menikmati waduk yang sangat luas ini.
Untuk menuju ke Waduk Sempor, saya berangkat dari Jogja melewati JLSS (Jalur Lintasan Selatan-Selatan) yang sangat lancar. Pemandangan kanan kiri jalan yang sangat indah sangat menghibur sepanjang perjalanan. Tanah di sekitarnya yang sangat subur, dan nampak para penjual buah jambu kristal, semangka, melon, dan papaya, dan tidak sedikit yang menjajakan bibit-bibit tanaman sayuran. Kedai-kedai yang harga menunya adalah sangat terjangkau dapat kita ampiri di kanan-kiri jalan. Yang paling banyak adalah menu Sate Ambal, dan saya sempat mampir di salah satu kedai sate itu. Di situ banyak nama kedai, antara lain adalah Sate Pak Kasan, Sate Pak Tino, dan yang lain. Sate Ambal adalah sangat khas karena berbumbu dari tempe, dan ada rasa manisnya (kelihatannya dari rasa gula merah). Ketupat telah siap tersedia dan menambah kekhasan Sate Ambal. Ini adalah di Wilayah Kab. Kebumen, Jawa Tengah. Memang, Sate Ambal adalah sate kebanggaan masyarakat Pantai Selatan mulai dari Yogyakarta sampai ke Kab. Cilacap, apalagi untuk para pelintas JLSS, sate ini sudah mereka kenal dengan sangat baik.
Perjalanan di JLSS, saya harus membelok ke kanan di Kec. Puring untuk menuju ke Kota Gombong. Ini adalah sebuah kota kecamatan tetapi dinamikanya adalah sangat tinggi. Kotanya adalah kecil, tetapi kesibukan masyarakatnya atau pendatang adalah sangat ramai. Di kota ini ada banyak menu yang cukup lezat dan anda perlu mencoba yaitu Sate Laminah, Soto Gombong, Tempe Mendoan Spesial, Pecel Kembang Kecombrang, Kue Moho, Kue Kethek, Lanthing, Kangkung Gombong yang hijau segar, dan masih banyak lagi. Jika kita masuk ke Pasar Gombong, maka terdapat berbagai macam dialek percakapan di situ. Ada yang Ngapak, ada yang Jogja-Solo, Wonosaban, dan ada juga yang nyarios Sunda. Semua berbincang sesuai selera mereka, dan ini menambah situasi Pasar Gombong menjadi sangat harmonik dan unik.
Setelah saya mampir sebentar di Pasar Gombong, saya meneruskan perjalanan ke Waduk Sempor atau ada yang menyebut dengan Sempor Dam. Sekitar lima belas menit dari Pasar Gombong menuju ke Waduk Sempor melalui jalan aspal yang sangat mulus untuk kita dapat menyampai di sana. Waduk Sempor dibangun mulai tahun 1974 dan selesai tahun 1978 yang dikerjakan oleh Hutama Karya dan Obayashi Gumi dengan kapasitas debit air 910 meter kubik perdetik, dengan luas genangan 275 hektar untuk mengairi 6485 hektar persawahan di Kab. Kebumen bagian barat dan juga untuk memasok air bersih dengan kapasitas 150 liter per detik.
Perjalanan dari Kota Gombong menuju ke Waduk Sempor kita dapat melihat dari dekat persawahan dan perladangan yang sangat subur. Hamparan luas perswahanan yang sedang menguning menunggu dipanen terlihat dari kejauhan seperti permadani yang digelar di alam raya. Dapat memanen padi tiga kali dalam satu tahun, kata seorang petani yang saya temui. Ini adalah aliran air dari Waduk Sempor, katanya. Saya menjadi dapat membayangkan betapa indah negeri ini dan betapa subur ibu pertiwi. Sejauh mata saya memandang, hamparan keindahan warna-warni pepohonan dan tanaman yang berhias langit nan biru. Saat memandang ke arah utara dari Kota Gombong, berderet pegunungan di sekitar Waduk Sempor nan indah permai dan terlihat nampak Gunung Slamet atau Jabal Salamat berwarna biru yang gagah perkasa. Saya menjadi banyak merenung, begitu banyak sudut di negeri ini yang memamerkan panoramikanya yang sangat mempesona.
Sesampai saya di Waduk Sempor, saya berhenti sejenak untuk merasakan udara yang sangat segar dan pemandangan yang eksotik luar biasa, yaitu warna air yang bening berpadu dengan dengan deretan pegunungan yang sangat subur. Saya sejenak mampir di kedai kopi, dan hanya sekadar mencicip pecel bunga kecombrang dan mendoan hangat, tentu dengan aroma kopi lokal yang sangat memikat. Tidak terhitung berapa ratus kali saya harus mengabadikan momen-momen yang indah di sekitar waduk itu. Saya hampir tidak percaya bahwa seindah ini bumi Indonesia, so beautiful Waduk Sempor.
Hujan tidak reda di siang itu, semakin saya mengagumi waduk indah ini. Saya amati mereka yang sedang beraktivitas di telaga luas ini sambil memancing ikan, dan tetap saja saya harus menyeruput kopi pahit nan segar. Tempat yang sangat sunyi dan sangat cocok untuk tempat ‘mendinginkan kepala’ untuk para penyibuk diri di perkotaan, walaupun hanya sekadar menikmati kopi pahit di tempat ini. Sebuah sudut bumi untuk merelaksasi urat dan syaraf, dan juga untuk punggung yang sedang pegal-pegal.
Perahu bermesin saya tumpangi, dan dengan harga tiket yang sangat terjangkau, perahu itu mengantar saya bertujuh sampai ke hulu waduk. Angin sepoi-sepoi yang menatap wajah saya dan sesekali bunyi air yang tertabrak perahu telah membuat suasana menjadi alami sekali. Setiap sudut pegunungan yang mengelilingi waduk saya amati, dan satu persatu saya rasakan sebagai sumber inspirasi dan anugerah Ilahi yang tidak mudah ditemukan di banyak tempat. Ada bunga warna-warni di tepi gunung dan juga sesekali terdengar suara burung yang sangat merdu dan juga sahutan hewan-hewan hutan yang lain. Beberapa kali dari kejauhan terdengar orang-orang yang sedang memancing ikan, dan mereka sangat menikmati alam. Dari hulu di Desa Sampang, Donorojo, dan Kedungwringin, dari sana air bening mengalir mengisi waduk raksasa itu. Waduk Sempor terlalu indah untuk saya tulis, dan masih sangat banyak sisi keindahan yang belum dapat saya jadikan deretan ungkapan dalam kalimat dan kata.
Penulis: Imam Robandi
Guru Besar ITS, Penikmat keindahan alam Indonesia