KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Upaya mempercantik pasar Tumenggungan sejak tahun 2013 sepertinya belum memenuhi harapan. Setidaknya hal itu tergambar dari ungkapan para pedagang yang menggantungkan salah satu pasar terbesar di Kebumen itu
Para pedagang mengungkap, hingga saat ini mereka masih merasakan sepinya pembeli. Hal itu ditambah adanya sejumlah sarana prasarana yang malah tidak berfungsi. Padahal, awalnya sarana ini dibangun untuk menambah minat warga berbelanja ke Pasar Tumenggungan
Salah satu sarana yang dikeluhkan itu adalah tangga eskalator.
"Dulu (Pasar Tumenggungan) direhab sekitar tahun 2013 jadi dua lantai. (Juga dilengkapi) ada eskalator. Tapi sering rusak, " kata Tursinah (64) warga Kedungwinangun Kecamatan Klirong salah satu pedagang yang sudah 40 tahun berjualan di Pasar Tumenggungan Kebumen.
Masih kata Tursinah, hal itu sudah mereka sampaikan kepada pihak terkait. Dan, sejauh ini sudah ada penanganan. Namun entah mengapa, escalator itu kembali rusak.
"Sudah diperbaiki berkali-kali rusak lagi," ujar Tursinah lagi
Catatan koran ini, perombakan dan modernisasi pasar Tumenggungan sempat dilakukan di era Bupati Kebumen periode 2010-2015. Saat itu, Pemerintah Kabuaten Kebumen menggelontorkan anggaran dana sekitar Rp 52 miliar. Tujuannya, mengubah wajah dan fasilitas pasar, termasuk pembangunan tangga eskalator yang digadang untuk menambah ramai Pasar Tumenggungan
Pedagang pun berharap, ke depan niat pemerintah benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Terlebih, program pemerintah membutuhan dana besar yang juga berasal dari masyarakat. "Seperti buang-buang anggaran, akhirnya nggak fungsi sampai sekarang," keluh Tursinah
Selain soal prasarana yang tak berfungsi, pedagang juga mengeluhkan sepinya pembeli. Hal dirasakan para pedagang pasar saat Pandemi Covid-19 hingga saat ini semakin terpuruk.
"Hari-hari ya seperti ini sepi, banyak kios yang kosong juga terurama di lantai atas," kata Eli salah satu pedagang Pasar Tumenggungan.
Namun demikian, mereka tidak bisa berharap banyak. Dengan kondisi seperti saat ini, mereka hanya berpasrah dan tetap berjualan untuk menyambung ekonomi.
"Ya mau bagaimana lagi, sekarang pasar semakin sepi, juga sekarang kurang terawat banyak sampah, kalau dulu sering kerja bakti sekarang sudah jarang," katanya menggunakan bahasa ngapak kebumen.
Hal senada disampaikan, Situr (40) warga Desa Kewedusan Kecamatan Kebumen, salah satu pedagang buku di Pasar Tumenggungan.
Situr mengatakan, meski saat ini memasuki tahun ajaran baru, namun saat ini minat masyarakat membeli buku di pasar tradisional sudah berkurang jauh.
"Jualan sepi, biasanya musim masuk sekolah seperti ini buku laris diburu namun sejak banyak toko modern dan toko online buku mulai sepi pembeli," katanya.
Dari catatan Kebumen Ekspres, eskalator atau travelator Pasar Tumenggungan sempat tidak berfungsi satu tahun sejak awal 2016 hingga pertengahan 2017. Kemudian travelator dibangun empat sisi di dua titik, satu diantaranya mengalami pecah kaca, hingga saat ini kondisinya mangkrak dan tak berfungsi. (fur)