• Berita Terkini

    Selasa, 15 Oktober 2024

    Kerajinan Cobek Batu Tradisional Kebumen Masih Bertahan

     


    KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Di era modern seperti saat ini, cobek atau alat penghalus bumbu dapur tradisional mungkin sudah mulai banyak ditinggalkan oleh masyarakat. Dimana sebagai penghalus bumbu masyarakat sudah beralih ke blender atau membeli serbuk.

    Namun demikian para pengrajin cobek batu asal Kebumen ternyata masih eksis. Mereka tidak berhenti berproduksi dan tetap bersaing dengan peralatan elektronik.

    Salah satu pembuatan cobek batu yang masih dipertahankan oleh masyarakat yakni di Desa Penusupan Sruweng. Kebanyakan masyarakat di desa tersebut, setiap harinya menggali Batu cadas dengan alat tradisional yang kemudian dibentuk menjadi cobek lengkap dengan ulekannya.

    Tukul salah seorang pengrajin yang masih setia dengan profesi pembuatan cobek batu tradisional. Pihaknya menyampaikan teknik pembuatan cobek disini sudah diwariskan secara turun temurun. Pihaknya mengaku sudah 30 tahun lebih menjadi pengrajin cobek, dimana dalam sehari ia mampu memproduksi sebanyak 60 cobek beserta ulekannya.

    Dijelaskannya,  untuk proses pembuatan cobek batu ini diawali dengan pengambilan batu yang ada di pegunungan. Batu-batu tersebut selanjutnya dibentuk kasar menjadi ulekan dan cobek untuk menjadi barang setengah jadi.

    Kemudian cobek dan ulekan setengah jadi ini kembali dihaluskan menggunakan gerinda listrik. Setelah halus cobek dan ulekan bisa langsung untuk dipasarkan. Untuk satu cobek lengkap dengan ulekannya di jual dengan harga Rp 10 ribu hingga Rp 50 ribu,  tuturnya, baru-baru ini.

    Cobek buatan warga Penusupan tersebut masih sangat diminati oleh sebagian masyarakat, terlebuh di era gempuran perangkat elektronik modern. Namun demikian cobek sendiri dinilai bisa membuat rasa masakan menjadi lebih nikmat, karena masih dibuat secara tradisional.

    Cobek batu gunanya untuk pelumat atau pelembut bahan bumbu-bumbu dapur. Batunya kalau dari Penusupan terkenalnya baru cadas. Kalau untuk pengadaan bahan yang belum halus itu sekitar 10 biji. Mentoknya kalau tenaganya masih kuat bisa sampai 20 biji perhari,  paparnya.

    Terkait dengan pemasaran, disampaikan jika yang paling jauh itu Bekasi, Purwokerto dan Cilacap. Kalau yang ini ukurannya 27 centimeter, dijualnya di pasaran biasa laku Rp 40 ribu atau Rp 35 ribu.  Kalau ngitung omset itu juga nggak mesti. Kadang sehari kerja dua hari libur,  ucapnya. (mam)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top