• Berita Terkini

    Rabu, 08 Januari 2025

    Awas, DBD Merebak di Kebumen, Satu Pasien Meninggal


    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-  Warga Kabupaten Kebumen sepertinya harus benar-benar waspada akan ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Dinas Kesehatan (Dinkes) melaporkan, pada awal 2024 ini,  tercatat 278 kasus DBD. Sementara di awal Januari 2025 ini, tercatat 14 kasus DBD ditemukan



    Dari jumlah itu, satu pasien meninggal dunia.


    Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinkes Kebumen, dokter Aris Ekosulistiyono menyampaikan, , pemerintah terus melakukan berbagai upaya pencegahan agar kasus DBD ini tidak bertambah banyak. 


    Meski diakui penyakit DBD tidak bisa dihilangkan karena menyangkut kehidupan alam, namun pencegahan itu bisa dilakukan dengan berbagai cara. Baik secara langsung maupun melalui media sosial. 


    Kemudian, Penyelidikan Epidemiologi setiap ada kasus positif DBD juga bisa dilakukan. Berikutnya, fogging fokus jika memenuhi kriteria fogging.  Keempat Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)


    "PSN sudah dilakukan dan akan dilakukan secara serentak 10 dan 17 Januari 2025," tuturnya, Selasa (7/1/2025).


    Namun demikian, dokter Aris Eko menyampaikan, pencegahan secara mandiri tetap menjadi cara yang paling efektif dalam mencegah DBD.


    "Pencegahan bisa dilakukan secara mandiri dengan menerapkan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur). Cara ini bertujuan untuk memberantas tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti," paparnya


    Di kesempatan yang sama, dokter Aris Eko merasa perlu menjelaskan adanya anggapan sejumlah masyarakat yang meyakini fogging menjadi salah satu upaya paling ampuh dalam menangani DBD.


    "Foggingbukanlah upaya pencegahan yang paling efektif dalam memberantas nyamuk aedes aegypti. Karena itu, masyarakat  agar tidak melulu meminta kepada pemerintah agar terus dilakukan fogging, sebab upaya itu ada syarat yang sudah diatur oleh Kementerian Kesehatan," ujarnya


    Syarat dilakukannya fogging yakni pertama, terjadi kasus kematian akibat DBD. Kedua terdapat satu kasus DBD, dan dalam radius 100 meter ditemukan satu penderita baru DBD dalam 3 minggu berturut-turut. Ketiga Angka Bebas Jentik (ABJ) lingkungan sekitar kurang dari 95%. 

    Keempat terdapat 3 penderita demam tanpa sebab dalam radius 100 meter dalam 3 minggu berturut-turut. "Jadi tidak bisa masyarakat kemudian meminta adanya fogging, jika tidak memenuhi syarat-syarat di atas. Karena menurut hemat saya yang terpenting adalah kesungguhan kita menjaga lingkungan masing-masing," ujarnya.

    Yang perlu dipahami masyarakat, kata dr Aris bahwa tidak semua kasus demam itu pasti DBD, ada juga Demam Dengue (DD), 

    Demam Chikungunya, Demam Tipes. Sering kali masyarakar ketika mengetahui ada yang demam langsung disimpulkan terkena DBD. Padahal belum tentu itu benar, meski semuanya sama-sama menurunkan trombosit.

    "Saya harap masyarakat ini bisa lebih memahami, bahwa jenis nyamuk Aedes aegypti ini termasuk jenis nyamuk eksekutif, dia hanya hidup di tempat genangan air yang bersih, menggigitnya hanya pada waktu pagi dan sore hari, radius terbangnya hanya 200 meter, dan hanya nyamuk betina yang menyebabkan DBD," jelasnya.


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top