• Berita Terkini

    Minggu, 16 Februari 2025

    Buah Tangan Mbah Emi, Goa Terawang Menjadi Tempat Wisata Paling Populer di Blora


    Lebih dari 16 tahun, hidup Mbah Marmi ia abdikan untuk untuk merawat Goa Terawang dan  Hutan Jati Alam . Setiap hari dari mulai pagi buta hingga menjelang malam, keringatnya ia kucurkan untuk menjaga kelestarian alam di Kabupaten Blora.


    Ahmad Saifur Rohman, BLORA


    Siapa sangka seorang tukang sapu di pelataran Goa Terawang adalah juru kunci di kawasan itu. Adalah Mbah Emi atau Mbah Parjan nama aslinya. Pria berusia 65 tahun mengaku warga Desa Kepatihan ini sudah puluhan tahun mendedikasikan dirinya merawat dan membersihkan Goa Terawang dan Hutan Jati Alam. Baginya merawat alam goa dan hutan adalah sebuah asa untuk keberlangsungan kehidupan.



    Setiap hari mulai dari pukul 07.00 WIB Mbah Emi mengawali aktivitasnya dengan mengisi absen untuk pekerjaannya sebagai petugas kebersihan di wisata Goa Terawang dan Hutan Jati Alam Kabupaten Blora. Serakan dedaunan sudah menanti untuk ia kampulkan dengan sapu lidi. Berbekal sarung tangan kulit keriput nan legam ia tutupi, kemudian ayunan demi ayunan sapu mulai membersihkan dedaunan yang berjatuhan sebelum wisatawan ramai datang.



    Rasa Lelah, letih hilang seketika saat keringat membaur terbawa hawa sejuk teduhan daun jati nan rindang, ditambah suara jeritan kera dan ocehan burung Kutilang menjadi spirit Mbah Marmi dalam menjalankan tugas hariannya sebagai petugas kebersihan Goa Terawang dan Hutan Alam Jati.


    Hingga waktu menunjukkan pukul 09.30 WIB pada Sabtu 15 Februari 2025 wisatawan Goa Terawang mulai berdatangan, baik anak-anak sekolah, hingga pelancong luar kota, termasuk rombongan peserta HPN 2025 PWI Jawa Tengah ikut membanjiri wisata alam yang sedang naik daun di Kabupaten Blora.


    "Setiap hari ya tugas saya ini menjaga kebersihan di tempat ini agar para wisatawan nyaman," katanya menggunakan bahasa Jawa khas Blora.


    Tugas menjadi perawat hutan sudah dilakukan Mbah Emi sejak 16 tahun ia bergabung dengan Perhutani. Dengan setulus hati sentuhan tangan dan tetesan keringat Mbah Emi dalam merawat Goa Terawang dan Hutan Jati Alam berbuah kemakmuran.


    "Kadang pukul 18.00 WIB saya masih di dalam goa," katanya.


    Mbah Emi menceritakan, sebelum jadi tempat wisata dulunya hutan jati ini merupakan hutan tua, saking tuanya bahkan sesepuh penanam pohon jati juga sudah tidak sampai ceritanya. Ia menjelaskan Goa Terawang memiliki sejarah, dulunya merupakan tempat pertemuan perundingan antara pemerintah Belanda dan Pemerintah Blora.


    "Hutan jati ini sangat tua, dari cerita sesepuh saking tuanya penanamannya sudah tidak diketahui," ujar Mbah Emi.


    Bagi Mbah Emi Goa Terawang dan Hutan Jati adalah satu ekosistem yang berkesinambungan dan saling melengkapi. Sejak lama kehadiran diyakini dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang merawatnya.


    Mbah Emi yang meneruskan seniornya Pak Parman meninggal dan Pak Karjani pensiun ia mendapat mandat sebagai pemegang juru kunci.


    "Ada dua teman saya dulu Pak Parman sudah meninggal dan Pak Karjani sudah pensiun, dulu bareng-bareng menjaga hutan ini dari para penebang liar," katanya.


    Mbah Emi menceritakan, Goa Terawang sendiri memiliki energi yang cukup besar. Banyak masyarakat dari luar daerah yang datang untuk meminta keperluan.


    "Banyak yang datang kesini untuk konsultasi ghaib, saya membantu komunikasi dengan para penjaga di dalam, biasanya minta bantuan saya untuk menyediakan kelapa muda hijau dan kopi semakal (Kopi tanpa gula)," katanya.


    Goa Terawang yang berada di Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, saat ini dikelola oleh pihak ketiga salah satu pengusaha asal Semarang CV. Adulam Alam Lestari yang membuat objek wisata alam ini. Goa Terawang saat ini menjadi wisata alam paling populer di Kabupaten Blora, dan dikenal karena keindahan stalaktit dan stalagmitnya dihiasi curahan cahaya yang masuk kedapan goa yang membuat unik tersendiri.


    Panjang goa yang hanya sekitar 280 meter itu membuat wisatawan nyaman dengan hawa dan tetesan air membuat sejuk saat berada di dalamnya. Untuk dapat masuk dan menikmati keindahan Goa Terawan wisatawan dapat membeli tiket masuk seharga 12.000 rupiah belum termasuk biaya parkir.


    "Dulu hanya tempat ritual saja, setelah dibuka oleh China asal Semarang menjadi wisata dan ramai dikunjungi," kata Mbah Emi.


    Lokasi Goa Terawang berada dalam kawasan hutan milik Perhutani. Mbah Emi yang awalnya petugas kebersihan hutan kini dilibatkan menjadi petugas kebersihan tempat wisata.


    "Dulu gaji bulanan sekitar Rp 800 ribu, Alhamdulillah sekarang sudah Rp 1,7 juta," jelasnya.


    Goa Terawang banyak dikunjungi wisatawan saat weekend dan hari libur. Pengunjung paling banyak dari sekolah dan masyarakat. Dalam sehari saat liburan, pengunjung bisa mencapai 700-1000 orang.


    "Ramai itu hari Sabtu dan Minggu atau waktu liburan," katanya.


    Mbah Emi sering mengingatkan kepada para wisatawan bahwa untuk senantiasa menjaga sopan santun saat berwisata. Selain itu dengan menjaga alam sekaligus menjaga keberlangsungan kehidupan.


    "Alam adalah kuasa ciptaanNya, menjaga alam sebagaimana menjaga kehidupan. Goa itu alam, jangan dibuat untuk yang tidak-tidak, Ketika kita menjaga alam, maka alam akan sebaliknya menjaga kita," pungkasnya. (*)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top