![]() | ||
SALAT IED: Salat Id di alun-alun Kebumen 20 Juni 1985 (1 Syawal 1405 H) |
KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Pemerhati kebijakan Kabupaten Kebumen, Achmad Marzoeki mengaku heran dengan sikap Ketua PCNU Kabupaten Kebumen, Dr Imam Satibi yang khawatir terjadi polemik dalam pelaksanaan shalat ied di alun-alun Kebumen sehingga perlu kebijakan Pemkab untuk mengaturnya
"Terkait PHBI, Imam Satibi hanya merujuk pasca pandemi tidak paham sejarah salat Ied di alun-alun Kebumen. Dan baru kali ini ada Ketua PCNU Kebumen mau ikut cawe-cawe mengurusi salat Id di alun-alun Kebumen. Apa malah tidak menimbulkan polemik di internal NU sendiri," ujar
Achmad Marzoeki (26/3)
Pernyataan Achmad Marzoeki ini merespons usulan Ketua PCNU Kabupaten Kebumen, Dr Imam Satibi. Imam, mengusulkan Pemkab membentuk kembali Panitia Hari Besar Islam (PHBI) untuk "mengatur" pelaksanaan shalat Ied di alun-alun Kebumen. Imam Satibi khawatir, akan ada gesekan kecil diantara ormas Muhammadiyah dan NU bila tidak ada intervensi pemkab. Khususnya soal siapa yang akan menjadi imam dan khatib dalam pelaksanaan shalat Ied di alun-alun pada 1 Syawal 1446 H mendatang
Achmad Marzoeki mengaku tak memahami usulan Dr Imam Satibi tersebut. Ia lantas membeberkan sejarah terkait pelaksanaan salat Ied di alun-alun Kebumen.
Achmad Marzoeki menyampaikan, dari awal, Salat Id di Alun Alun Kebumen merupakan rintisan Muhammadiyah. Petugasnya anak-anak Panti Asuhan Muhammadiyah.
"Bukan PHBI. Bahkan awal salat Id di alun-alun sampai tahun 1980-an masih sering dinyinyirin, mesjid ada mengapa salat di alun-alun," ujar dia
Di masa itu pula, bertindak sebagai Imam dan Khatib adalah H Achmad Moetawalli yang juga ayah kandung Achmad Marzoeki. Dan, ujarnya, jamaah yang ikut shalat Ied masih sedikit. "Waktu itu (H Achmad Moetawalli, ayah Achmad Marzoeki,red) masih Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kebumen dan Ketua Pengadilan Agama Kebumen," imbuh Achmad Marzoeki
Seiring berjalannya waktu, jemaah salat Id mulai banyak setelah H Achmad Moetawalli dilantik menjadi Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Kebumen atau sekarang Kantor Kemenag Kebumen. "Apalagi Bupati Kebumen Supeno Suryodiprojo juga ikut Salat Id di alun alun Kebumen," imbuh Achmad Marzoeki
Di era Tahun 1980, seiring pergantian Bupati, kebijakan diubah. Bupati Kebumen saat itu, Dadiyono Yudoprayitno meminta salat Id di Mesjid Agung dan alun-alun disatukan, sehingga tidak ada salat Id di alun-alun. "Yang terjadi kemudian, jemaah salat Id dari Mesjid Agung membludak ke alun-alun," kenang Achmad Marzoeki
"Akhirnya, pahun 1984 pada masa Bupati HMC Thohir, salat Id dikembalikan seperti semula. Di Mesjid dan alun-alun. Bupati Kebumen HMC Thohir salat di alun alun," imbuhnya
Jadi, menurut Achmad Marzoeki, soal pelaksanaan di alun-alun Kebumen seharusnya tidak ada persoalan. Apalagi polemik. "Saya tidak tahu yang disebut polemik salat Id di alun alun Kebumen itu tentang apa? Kalau dulu polemiknya masalah fiqih, lebih utama mana salat Id di mesjid atau lapangan terbuka?"
"Sekarang karena jemaah semakin banyak, potensi infaq besar, apa itu yang terus dipolemikkan? Kalau seperti itu dikelola Pemda saja, tapi dana infaq masuk Kas Daerah untuk menambah PAD agar anggaran pengentasan kemiskinan bertambah," ujar dia..(cah)
Berita Terbaru :
- Gelar Orasi Sambil Bagikan Takjil, Gerrak Ajak Warga Dukung RUU TNI
- Tim Futsal Selang Kembali Merajai Turnamen Futsal Fort Ramadhan 2025
- Tinjau Korban Banjir, Bupati Kebumen Siapkan Penanganan Darurat
- Sejumlah Tanggul Sungai Jebol, Ratusan Pengungsi Butuh Bantuan
- Banjir di Kebumen Genangi Jalur Mudik, Ratusan Warga Dievakuasi
- 109 Warga Binaan Rutan Kebumen Dapat Remisi Lebaran
- Keluarga Besar CV Permata Tugu Kaliori Gelar Buka Bersama