Berawal dari Iseng, Karyanya kini Sudah Tersebar ke Pelosok Nusantara
Di tengah gempuran budaya asing, mungkin tak banyak anak muda yang menyukai seni wayang, khususnya wayang. Namun berbeda dengan kisah dua bersaudara asal Dukuh Kepuh RT 02 RW 2, Desa Trikarso Kecamatan Sruweng ini.
Berawal dari suka, mereka masing-masing Khavid Wahyu Danu S (25) dan Satria Guno Carito (14) ini kemudian serius menggeluti kerajinan wayang. Bukan kaleng-kaleng, karya mereka bahkan kini sudah tersebar hingga pelosok nusantara. Seperti apa?
---------------------------
CAHYO K, Kebumen
---------------------------
Khavid Wahyu Danu atau biasa disapa Danu kepada awak media menuturkan, mereka belajar secara otodidak. Awalnya, ide membuat wayang ini berasal dari adik kandungnya, Satria. Satria saat itu masih duduk di kelas 3 sekolah dasar.
"Awalnya dari Satria. Satria mulai mencoret-coret wayang di kertas kosong. Setelah jadi, gambar wayang itu lantas dipotong dan digapit menggunakan lidi," ujarnya mengenang awal-awal menggeluti usaha wayang kulit.
Dari sekedar iseng itu, mereka kemudian memilih menggelutinya serius pada tahun 2019. Persisnya sejak pandemi covid melanda. Tak disangka, banyak yang kemudian berminat.
Karya mereka saat ini sudah dipasarkan ke luar daerah bahkan pelosok nusantara. Pesanan mengalir tidak saja dari Kebumen, Purwokerto, Cilacap jawa Timur Jakarta bahkan luar Jawa
Karya mereka lebih cepat dikenal karena Danu memasarkannya lewat media sosial. Dari youtoube, tiktok, instagram dan facebook. Bahkan, mereka sudah memiliki chanel youtube sendiri, yakni wayang kertas kebumen
Untuk memenuhi pesanan, mereka berbagi tugas. Satrio bertugas membuat sketsa. Lalu, untuk proses pemahatan atau "sungging" dikerjakan oleh Danu hingga proses finishing
Untuk bahan dasar, mereka tak hanya menggunakan kertas. Mereka kini juga menggunakan bahan talang serta duplex. Segala macam karakter dan tokoh wayang pun mereka kerjakan sesuai permintaan.
Dalam pembuatannya, mereka membuat beberapa tiga kategori. Masing-masing kasaran, setengah alusan, dan alusan.
Kasaran setengah alusan dan alusan ini mengacu pada tingkat kesulitan pembuatan. Kategori alusan yang lebih rumit itupun dibanderol dengan harga yang paling mahal dibanding kategori yang lain. Semakin rumit pengerjaannya dan semakin besar ukurannya, semakin mahal harganya.
Tak hanya soal halus atau kasar, mereka juga melayani ukuran wayang sesuai permintaan. Dari yang tingginya 30 cm hingga tertinggi 175 cm. Untuk harga, mereka memasang harga Rp 25 ribu hingga jutaan rupiah. "Meski begitu, semuanya dikerjakan dengan serius dan hasilnya maksimal," ujar Danu, Senin (7/4).
Tak berasa, usaha mereka sudah berjalan hampir 6 tahun. Suka duka pun mereka alami. Apapun, Danu berharap, dapat menjadi bagian dari usaha pelestarian wayang, khususnya di Kebumen
"Harapannya sih wayang kertas Kebumen semakin lancar, dan lebih dikenal lagi di berbagai daerah Mas. Bisa mengembangkan dan melestarikan budaya yang sangat adiluhung khususnya di desanya sendiri," ujarnya.(*)
Berita Terbaru :
- KSPSI Kebumen Usulkan Satgas PHK Dibentuk hingga Kabupaten
- Etika Bisnis Dalam Penjualan Kelapa Genjah Entog Kebumen
- Kebumen Dinilai Belum Punya Daya Tarik Cukup untuk Investor
- Pembangunan Jembatan Gantung Ungaran Terkendala
- Lebaran Berlalu, Harga Sayuran di Kebumen masih Tinggi
- Bupati dan Wabup Kebumen Diminta "Perjelas" Tugas dan Peran
- BPR BKK Kebumen Sumbangkan Deviden Sebesar Rp 2,2 Miliar